SELAMAT DATANG DI BLOG PIMPINAN CABANG IKATAN SENI HADRAH INDONESIA KABUPATEN BOJONEGORO

Pages

Rabu, 18 Maret 2015

AMALIYAH HADROH ISHARI DARI SUDUT PANDANG AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

AMALIYAH HADROH ISHARI DARI SUDUT PANDANG AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
  1. BERTAWASSUL DAN BERDO’A DENGAN SHOLAWAT
Membaca Salawat kepada Rasulullah, selama hidupnya dan setelah wafatnya, adalah hal yang disyariatkan. Sejatinya dalam salawat ada harapan permintaan kepada Allah melalui Nabi-Nya, yaitu meminta balasan rahmat, diampuni kesalahan dan diangkat derajatnya. Inilah Tawassul dengan Rasulullah Shalla Allahu alaihi wa salllama setelah beliau wafat:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ (رواه أحمد ، والبخارى فى الأدب ، والنسائى ، وأبو يعلى ، وابن حبان ، والحاكم ، والبيهقى فى شعب الإيمان ، والضياء عن أنس. حديث صحيح.
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah memberi rahmat kepadanya 10 kali, menghapus darinya 10 kali kesalahan dan mengangkat baginya 10 derajat” (HR Ahmad, al-Bukhari dalam al-Adab, an-Nasai, Abu Ya’la, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi dalam Syuab al-Iman dan Dliyauddin al-Maqdisi dari Anas. Hadis sahih)
وَعَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ نَيَّارٍ قَال:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ". رواه البزار ورجاله ثقات. (مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق - ج 11 / ص 28
Dari Abu Burdah bin Nayyar, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku satu kali dari dirinya sendiri, maka Allah memberi rahmat kepadanya 10 kali, menghapus darinya 10 kali keburukan dan mengangkat baginya 10 derajat” (HR al-Bazzaar, para perawinya terpercaya)
- قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ بِهَا سَبْعِيْنَ صَلَاةً فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ (أخرجه أحمد رقم 6605 عن ابن عمرو . قال الهيثمى (10/16 إسناده حسن
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah memberi rahmat kepadanya serta malaikat memintakan ampunan untuknya sebanyak 70 kali. Maka hendaknya ia melakukan bacaan salawat sedikit, atau hendaknya memperbanyak” (HR Ahmad dari Abdullah bin amr bin Ash, sanadnya hasan)
عن أبي عبد الرحمن العذري، عن عبد الله بن عمرو، قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: سلوا الله لي الوسيلة، فإنها منزلةٌ في الجنة لعبدٍ من عباد الله، وأرجو أن أكون أنا هو، من سألها لي حلت له شفاعتي يوم القيامة. (أخرجه إبن عاصم)
عن ابن عباس، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : سلوا الله لي الوسيلة، فمن سألها لي في الدنيا كنت له شاهداً أو شفيعاً يوم القيامة. (أخرجه إبن عاصم)
  1. DIANTARA KEAGUNGAN & KEUTAMAAN SHOLAWAT NABI SAW.
Sholawat kepada nabi kita Muhammad SAW menjadi ibadah yang sangat agung dan mulia yang didalamnya mengandung banyak fadilah dan keutamaan. Hal ini disebabkan karena ibadah sholawat terkait langsung dengan nabi Muhammad. Di antara keutamaan ibadah sholawat adalah sbb:
  1. Al Imam Al Arif Billah Al Habib Abdurrahman Musthofa Alaydrus mengatakan bahwa di akhir zaman yang tidak ada lagi murrabi hingga tidak ada lagi seorang murid yang dapat sampai kepada Allah SWT kecuali dengan memperbayak sholawat kepada nabi kita Muhammad SAW.
  2. Para ulama sepakat bahwa semua amal ada yang diterima dan ada yang ditolak. Sementara sholawat kepada nabi Muhammmad dipastikan diterima. Hal ini disebabkan karena kemuliaan dan keagungan nabi kita Muhammad SAW. Keterangan ini bisa dirujuk dalam kitab "An Nujum Azzahirah" pada halaman 149 karya Al Habib Al Allamah Zen bin Ibrahim bin Sumait.
  3. Sholawat kepada nabi Muhammad adalah menyesuaikan dengan apa yang dikerjakan oleh Allah SWT dan para malaikatnya.
  4. Satu kali kita bersholawat kepada nabi Muhammad dibalas oleh Allah dengan 10 kali sholawat, 10 derajat, 10 kebaikan, dan dihapuskan 10 keburukan.
  5. Sholawat menjadi penyebab dibawa naiknya doa menuju Allah SWT. Penyebab untuk mendapatkan syafaat. Penyebab diampuni dosa-dosa. Penyebab dicukupkannya apa yang diinginkan hamba. Penyebab dekatnya kita dengan nabi Muhammad.Penyebab dikabulkannya hajat.Penyebab bersholawatnya Allah dan para malaikat-Nya kepada seorang hamba. Penyebab jawaban nabi bagi siapa saja yang bersholawat dan salam. Penyebab untuk mengingat apa yang telah lupa.Penyebab untuk menghilangkan kefakiran. penyebab untuk hilangnya sebutan bakhil bagi seorang hamba. Penyebab melimpahnya nur di shirot nanti. penyebab dipujinya hamba baik di langit maupun di bumi.Penyebab berkahnya amal dan umur. Penyebab untuk kontinyunya perasaan cinta kepada nabi Muhammad. penyebab Rasulullah mencintai seorang hamba. Penyebab hidayah dan hidupnya hati.Penyebab nama seorang hamba dikenal dan disebut oleh nabi Muhammad
  6. sedekah bagi orang miskin dan pembersih hati.Pemberi kabar gembira pada saat sakaratul maut.Penyelamat bagi semua huru-hara kengerian hari kiamat.Penyebab majlis menjadi baik. Penyebab turunnya rahmat. Penyelamat kaki di atas shirot. Sebagai pembayar hak yang paling minim terhadap Rasulullah SAW. Sebagai tanda syukur terhadap nikmat Allah SWT,
Keterangan poin ketiga hingga keenam dapat dirujuk pada kitab "Abwabul Faros" pada halaman 374-377 karya Al Habib Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani.
  1. Imam Al Ghazali RA, di dalam kitabnya "Ihya Ulumudin" mengatakan bahwa berlipat gandanya pahala sholawat atas nabi Muhammad karena sholawat itu mengandung banyak kebaikan dengan sebab di dalam sholawat tercakup hal-hal berikut;
  2. Pembaharuan iman kepada Allah SWT dan Rasulnya, nabi kita tercinta Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam.
  3. Pemuliaan dan pengagungan terhadap nabi kita Muhammad SAW.
  4. Menyebut orang-orang sholeh dan menampakkan rasa cinta terhadap mereka.
  5. Bersungguh-sungguh dan bertadarru dalam berdoa.
  6. Pengakuan bahwa semua urusan berada dalam kekuasaan Allah SWT.
Dan Masih Banyak lagi KEAGUNGAN & KEUTAMAAN SHOLAWAT NABI SAW.
  1. FATWA ULAMA MODERN TENTANG MAULID NABI SAW
    Syaikh Dr. Said Romdlon al-Buthi
ﻣُﺤَﻤّﺪْ ﺳَﻌِﻴْﺪْ ﺭَﻣْﻀَﺎﻥْ ﺍﻟْﺒُﻮْﻃِﻲ ﻗَﺎﻝَ : " ﺍْﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻝُ ﺑِﺬِﻛْﺮَﻯ ﻣَﻮْﻟِﺪِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻧﺸَﺎﻁٌ ﺍِﺟْﺘِﻤَﺎﻋِﻲٌ ﻳُﺒْﺘَﻐَﻲ ﻣِﻨْﻪُ ﺧَﻴْﺮٌﺩِﻳْﻨِﻲّ، ﻓَﻬُﻮَ ﻛَﺎﻟْﻤُﺆْﺗَﻤَﺮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟﻨّﺪَﻭَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِﻳْﻨِﻴّﺔِ ﺍﻟَﺘِﻲ ﺗُﻌْﻘَﺪُ ﻓِﻲﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ، ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﻣَﻌْﺮُﻭْﻓَﺔً ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ . ﻭَﻣِﻦْ ﺛَﻢّ ﻻَ ﻳَﻨْﻄَﺒِﻖُ ﺗَﻌْﺮِﻳْﻒُ ﺍْﻟﺒِﺪْﻋَﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻝِ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮْﻟِﺪِ، ﻛَﻤَﺎ ﻻَﻳَﻨْﻄَﺒِﻖُ ﻋَﻠَﻰﺍﻟﻨّﺪَﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﺗَﻤَﺮَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِﻳْﻨِﻴَﺔِ. ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮْﻥَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻻَﺕُ ﺧَﺎﻟِﻴَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮَﺍﺕِ " (ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻮﻱ
Said Romdlon al-Buthi: “Perayaan Maulid Nabi adalah semangat sosial yang bernilai agamis, seperti muktamar dan seminar agama yang dilakukan di masa sekarang, dahulu tidak ada. Oleh karenanya tidak tepat jika disebut bid’ah sebagaimana seminar dan muktamar Islam tidak disebut bid’ah. Tapi harus dihindari dari kemungkaran”
  1. Dr. Wahbah Zuhaili.
ﻭَﻫْﺒَﺔْ ﺍﻟﺰّﺣَﻴْﻠِﻲ ﻗَﺎﻝَ : "ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟِﺪُ ﺍﻟﻨَﺒَﻮِﻱ ﻣُﻘْﺘَﺼِﺮًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢِ ، ﻭَﺍﻟﺘّﺬْﻛِﻴْﺮِ ﺑِﺄَﺧْﻼَﻕِ ﺍﻟﻨّﺒِﻲّﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺼّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴّﻼَﻡُ، ﻭَﺗَﺮْﻏِﻴْﺐُ ﺍﻟﻨَﺎﺱِ ﻓِﻲ ﺍْﻻِﻟْﺘِﺰَﺍﻡِ ﺑِﺘَﻌَﺎﻟِﻴْﻢِ ﺍﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻭَﺣَﻀِﻬِﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﺮَﺍﺋِﺾِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍْﻵﺩَﺍﺏِ ﺍﻟﺸّﺮْﻋِﻴَﺔِ ... ﻻَ ﻳُﻌَﺪّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉِ" (ﺍﻟﺠﺰﻳﺮﺓ ﻧﺖ: ﺣﻠﻘﺔ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻭﻣﺠﺎﻻﺗﻬﺎ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﺓ ﻣﻊ ﺍﻟﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻲ
Dr. Wahbah Zuhaili: “Jika Maulid hanya sekedar membaca al-Quran, mengingatkan akhlak Nabi, mendorong umat agar mengamalkan ajaran Islam dan mendorong melakukan ibadah wajib dan akhlak agama, maka bukan sebagai bid’ah”
  1. Ali Jum'ah, Mufti Mesir
ﻋَﻠِﻲ ﺟُﻤْﻌَﺔْ ﻣُﻔْﺘِﻲ ﻣِﺼْﺮَ ، ﺣَﻴْﺚُ ﻗَﺎﻝَ : " ﺍْﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻝُ ﺑِﺬِﻛْﺮَﻯ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻩِ ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ ﺍْﻷﻋْﻤَﺎﻝِ ﻭَﺃَﻋْﻈَﻢِ ﺍﻟْﻘُﺮُﺑَﺎﺕِ؛ ﻷﻧّﻪُ ﺗَﻌْﺒِﻴْﺮٌ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺮَﺡِ ﻭَﺍﻟْﺤُﺐّ ﻟَﻪُ، ﻭَﻣَﺤَﺒّﺔُ ﺍﻟﻨّﺒِﻲ ﺃَﺻْﻞٌ ﻣِﻦْ ﺃُﺻُﻮْﻝِ ﺍﻹِﻳْﻤَﺎﻥِ " (ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻟﻤﺎ ﻳﺸﻐﻞ ﺍﻷﺫﻫﺎﻥ
Dr. Ali Jum'ah, Mufti Mesir: “Perayaan Maulid Nabi adalah amal yang paling utama dan ibadah yang agung. Sebab Maulid ibaratnya adalah rasa senang dan cinta pada Nabi. Sedangkan mencintai Nabi adalah dasar keimanan”.
  1. Dr. Yusuf Qardlawi.
ﻳُﻮْﺳُﻒْ ﺍﻟْﻘَﺮْﺿَﺎﻭِﻱ ، ﺭَﺋِﻴْﺲُ ﺍْﻻِتِّحَاﺩِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻲ ﻟِﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻗَﺎﻝَ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮَﻯ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟِﺪِ : " ﺇِﺫَﺍ ﺍﻧْﺘَﻬَﺰْﻧَﺎ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻔُﺮْﺻَﺔَ ﻟِﻠﺘّﺬْﻛِﻴْﺮِ ﺑِﺴِﻴْﺮَﺓِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ اللهِ، ﻭَﺑِﺸَﺨْﺼِﻴّﺔِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﻨّﺒِﻲّ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ، ﻭَﺑِﺮِﺳَﺎﻟَﺘِﻪِ ﺍﻟْﻌَﺎﻣّﺔِ ﺍْﻟﺨَﺎﻟِﺪَﺓِ ﺍﻟّﺘِﻲ ﺟَﻌَﻠَﻬَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ، ﻓَﺄَﻱّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﻭَﺃَﻳّﺔُ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ؟ ")ﻣﻮﻗﻊ ﺍﻟﻘﺮﺿﺎﻭﻱ: ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲﻭﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺎﺕ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ
Dr. Yusuf Qardlawi: “Jika kita menjadikan kesempatan ini untuk mengingat sejarah Rasulullah, kepribadian Nabi yang agung dan ajaran kerasulannya yang abadi yang diutus untuk seluruh alam, maka apanya yang bid’ah dan apa sesatnya?
  1. APAKAH SHOLAWAT DAN SALAM KITA SAMPAI KEPADA NABI ?
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِيْنَ يُبَلِّغُوْنَ عَنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ. (رواه البزار ورجاله رجال الصحيح. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - ج 4 / ص 68)
Nabi bersabda: “Allah memiliki yang berkeliling menyampaikan salam dari umatku kepadaku” (HR al-Bazzar, perawinya sahih)
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ عِنْدَ قَبْرِيْ سَمِعْتُهُ وَمَنْ صَلَّى عَلَىَّ نَائِيًا بُلِّغْتُهُ (رواه ابو الشيخ فى كتاب الثواب)
Barangsiapa bersalawat kepada saya di dekat makam saya, maka saya mendengarnya. Dan barangsiapa bersalawat kepada saya dari jauh, maka dihaturkan kepada saya" (HR Abu al-Syaikh dalam al-Tsawab)
قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ إِسْنَادُهُ جَيِّدٌ (فتح الباري 6 / 488 وروضة المحدثين 3 / 418)
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Sanad hadis ini bagus" (Fathul Bari VI/488 dan Raudlat al-Muhadditsin III/418)
عن علي بن حسين، قال: أخبرني أبي، عن حسن، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : صلوا علي، فإن صلاتكم وتسليمكم تبلغني حيثما كنتم
عن حسن بن حسن بن علي بن أبي طالب، عن أبيه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: حيثما كنتم فصلوا علي فإن صلاتكم تبلغني
أخبرنا عمران بن حميري، قال: قال لي عمار بن ياسر: ألا أحدثك حديثاً حدثنيه رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الله عز وجل أعطى ملكاً من الملائكة أسماء الخلائق، فهو قائمٌ على قبري حتى تقوم الساعة، فليس أحدٌ من أمتي يصلي علي صلاةً إلا قال: يا أحمد فلان بن فلانٍ باسمه واسم أبيه صلى عليك كذا وكذا فيصلي الرب تبارك وتعالى أنه من صلى علي صلاةً صلى الله عليه عشراً وإن زاد زاد الله عز وجل

  1. HUKUM BERDO’A/BERSHOLAWAT DENGAN SYAIR/ LAGU
Rasulullah Saw berdoa dengan syair:
وَاللهِ لَوْلاَ أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا    وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلّــَـيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَــــــيْنَا    إِنَّ الأوُلَى قَدْ أَبَوْا عَلَيْنـَا
وَيَرْفَعُ بِهَا صَوْتَهُ
Rasulullah mengeraskan suaranya
(رواه البخاري رقم 2837 ومسلم رقم 4771)
Muhajirin dan Anshar menggali tanah di sekitar Madinah, mereka bersyair:
نَحْنُ الَّذِينَ بَايَعُوا مُحَـــــــمـَّدًا    عَلَى الإِسْـــلاَمِ مَا بــَقِينَا أَبَدًا
Kemudian Rasulullah menjawab dengan doa syair yang bersajak:
اللَّهُمَّ إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ الآخِــــرَهْ  فَاغْفِرْ لِلأَنْصَارِ وَالْمُهَاجـِرَهْ
(HR al-Bukhari No 2835 dan Muslim No 4777)
وَأَخْرَجَ أَبُو سَعِيد فِي " شَرَف الْمُصْطَفَى " وَرَوَيْنَاهُ فِي " فَوَائِد الْخُلَعِيّ " مِنْ طَرِيق عُبَيْد اللَّه اِبْن عَائِشَة مُنْقَطِعًا : لَمَّا دَخَلَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَة جَعَلَ الْوَلَائِد يَقُلْنَ : طَلَعَ الْبَدْر عَلَيْنَا مِنْ ثَنِيَّة الْوَدَاع وَجَبَ الشُّكْر عَلَيْنَا مَا دَعَا لِلَّهِ دَاعٍ وَهُوَ سَنَد مُعْضَل وَلَعَلَّ ذَلِكَ كَانَ فِي قُدُومه مِنْ غَزْوَة تَبُوك (فتح الباري لابن حجر - ج 11 / ص 253
Ketika Nabi tiba di Madinah, wanita-wanita bersyair: “Thala’a al-badru alaina….” HR Abu Said dalam Syaraf al-Musthafa, sanadnya Mu’dlal dan Munqathi’ (Fath al-Bari 11/253)
Al-Hafidz Al-Iraqi: HR al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwah
قَالَ الْغَزَالِيُّ الْغِنَاءُ إنْ قُصِدَ بِهِ تَرْوِيحُ الْقَلْبِ لِيُقَوِّيَ عَلَى الطَّاعَةِ فَهُوَ طَاعَةٌ أَوْ عَلَى الْمَعْصِيَةِ فَهُوَ مَعْصِيَةٌ أَوْ لَمْ يُقْصَدْ بِهِ شَيْءٌ فَهُوَ لَهْوٌ مَعْفُوٌّ عَنْهُ ا هـ ح ل (حاشية الجمل - ج 23 / ص 270)
Imam al-Ghazali: “Jika nyanyian ditujukan untuk menguatkan hati dalam ibadah, maka bernilai ibadah, jika untuk maksiat maka bernilai maksiat, jika tidak ada tujuannya, maka ucapan yang sia-sia yang diampuni” (Hasyiah al-Jamal 23/270).
  1. HUKUM TIDAK MENGGUNAKAN ILMU TAJWID DALAM ISHARI
حقيقة علم التجويد: إعطاء كل حرف حقه ومستحقه في النطق، وإتقان الحروف وتحسينها وخلوها من الزيادة والنقص والرداءة.
حكم تعلّم التجويد: فرض كفاية على المسلمين ، إذا قام به البعض سقط عن الكل.
حكم العمل به: فرض عين على كل مسلم ومسلمة من المكلفين عند تلاوة القرآن لا غيره. احكام التجويد Halaman 3
Ilmu Tajwid adalah menempatkan setiap huruf pada tempat makhroj dalam pengucapannya serta mengucapkannya dengan baik dan mencegah dari pengurangan dan penambahan dari yang semestinya, hukum mempelajarinya adalah Fardlu kifayah apabila ada yang mempelajarinya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain, sedangkan mengamalkannya adalah fardlu ‘Ain ketika membaca Al Qur’an dan tidak wajib pada bacaan yang lain ( Kitab Ahkamu Al Tajwid Hal 5 syekh sayyid jum’ah sullam )
  1. HUKUM ALAT MUSIK REBANA YANG MENGIRINGI SHOLAWAT
Hukum alat musik ‘terbang’ (ad-duf) dalam beberapa hadis. Diriwayatkan bahwa
فِي الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ بَعْضَ جَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَهِيَ تَقُولُ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ دَعِي هَذَا وَقُولِي الَّذِي كُنْت تَقُولِينَ (رواه البخارى رقم 4001)
Nabi mendengar beberapa budak perempuan yang menabuh terbang (HR al-Bukhari No 4001) Dan Rasulullah tidak melarangnya.
وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ مَاجَهْ أَنَّهُ لَمَّا رَجَعَ مِنْ بَعْضِ غَزَوَاتِهِ أَتَتْهُ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ إنِّي نَذَرْتُ إنْ رَدَّك اللهُ تَعَالَى سَالِمًا أَنْ أَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْك بِالدُّفِّ فَقَالَ لَهَا إنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَأَوْفِ بِنَذْرِك
Ketika Rasulullah pulang dari peperangan didatangi oleh seorang budak wanita hitam dan ia berkata: “Wahai Nabi, saya bernadzar jika Engkau kembali dari perang diselamatkan oleh Allah, saya akan menabuh terbang di hadapanmu. Rasulullah menjawab: “Jika kamu bernadzar seperti itu, maka lakukanlah nadzarmu” (HR Turmudzi no 3690 dan Ia menilainya sahih).
وَاَلَّذِي مَشَى عَلَيْهِ م ر فِي شَرْحِهِ أَنَّ الْغِنَاءَ مَكْرُوهٌ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ وَالْآلَةَ مُحَرَّمَةٌ وَعِبَارَتُهُ وَمَتَى اقْتَرَنَ بِالْغِنَاءِ آلَةٌ مُحَرَّمَةٌ فَالْقِيَاسُ كَمَا قَالَهُ الزَّرْكَشِيُّ تَحْرِيمُ الْآلَةِ فَقَطْ وَبَقَاءُ الْغِنَاءِ عَلَى الْكَرَاهَةِ انْتَهَتْ (حاشية الجمل - ج 23 / ص 270)
Pendapat Imam Ramli, jika nyanyian disertai alat musik yang haram, maka alat musiknya tetap haram dan nyanyiannya tetap makruh. Ini juga pendapat az-Zarkasyi (Hasyiah al-Jamal 23/270)
  1. HUKUM RODDAT/MENARI
وقد استدل الاستاذ الغزالي على إباحة الرقص : برقص الحبشة والزنوج في المسجد النبوي يوم عيد حيث أقرهم رسول الله صلى الله عليه و سلم وأباح لزوجه السيدة عائشة رضي الله عنه أن تتفرج عليهم وهي مستترة به صلى الله عليه و سلم وهوكما تعلم لا يثير أي شهوة فالنوع المباح من الرقص هو الذي لا يثير شهوة فاسدة (الفقه على المذاهب الأربعة - ج 2 / ص 42)
Imam al-Ghazali memperbolehkan ‘bergoyang’ dengan dasar hadits yang menerangkan gerakan/tarian orang Habasyah di masjid Nabi dan Nabi Muhammad membolehkan istrinya Aisyah melihatnya. Syaratnya: Tidak ada gerakan yang menimbulkan syahwat dan menimbulkan gairah (al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah 2/42).
  1. HUKUM KEPLOK/TEPUK TANGAN
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَة [الأنفال/35]
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan…” (al-Anfal: 35)
وَفِي فَتَاوَي م ر سُئِلَ عَنِ التَّصْفِيْقِ خَارِجَ الصَّلاَةِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَأَجَابَ: إِنْ قَصَدَ الرَّجُلُ بِذَلِكَ اللَّهْوَ أَوِ التَّشَبُّهَ بِالنِّسَاءِ حَرُمَ وَإِلاَّ كُرِهَ اِنْتَهَى (حواشي الشرواني - ج 2 / ص 150)
Fatawa ar-Ramli: “Bagaimana tepuk tangan di luar salat? Jawab: Jika bertujuan untuk main-main / meniru wanita maka haram, jika tidak maka makruh” (Hawasyai Syarwani 2/150).
صَلَّى أَبُو بَكْرٍ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَالنَّاسُ فِى الصَّلاَةِ فَتَخَلَّصَ حَتَّى وَقَفَ فِى الصَّفِّ فَصَفَّقَ النَّاسُ - وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ لاَ يَلْتَفِتُ فِى الصَّلاَةِ - فَلَمَّا أَكْثَرَ النَّاسُ التَّصْفِيقَ الْتَفَتَ فَرَأَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنِ امْكُثْ مَكَانَكَ فَرَفَعَ أَبُو بَكْرٍ يَدَيْهِ فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَل (رواه البخاري ومسلم)
Abu Bakar menjadi imam salat lalu Rasulullah datang, orang-orang bertepuk tangan, maka Abu Bakar melihat Nabi SAW, kemudian Nabi mengisyarahkan agar Abu Bakar tetap berada di tempatnya (tidak melarangnya) kemudian Abubakar memuji kepada Alloh dengan mengangkat kedua tangannya (HR al-Bukhari dan Muslim)
  1. HUKUM BERDIRI SAAT MAHALLUL QIYAM
وَنَظِيْرُ ذَلِكَ فَعَلَ كَثِيْرٌ عِنْدَ مَوْلِدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَضْعِ أُمِّهِ لَهُ مِنَ الْقِيَامِ وَهُوَ أَيْضًا بِدْعَةٌ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ شَيْئٌ عَلَى أَنَّ النَّاسَ إِنَّمَا يَفْعَلُوْنَ ذَلِكَ تَعْظيْمًا لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَالْعَوَامُّ مَعْذُوْرُوْنَ لِذَلِكَ بِخِلَافِ الْخَاصَّة ِوَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ .(الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي - ج 1 / ص 179
Hal yang sama telah dilakukan banyak orang saat Maulid Nabi Saw dan saat ibu Nabi melahirkan Nabi, dengan berdiri, adalah sebuah bid’ah yang tidak ada dasarnya. Hanya saja orang-orang melakukannya untuk mengagungkan Nabi Saw, maka orang awam ditolerir, berbeda dengan orang khusus” (Fatawa Haditsiyah Ibnu Hajar 1/179)
Sementara dalam kitab-kitab Tarikh, berdiri semacam ini saat salawat merupakan ijtihadnya Imam as-Subki yang kemudian diikuti oleh banyak ulama lain (Shalihi asy-Syami dalam Subul al-Huda wa ar-Rasyad 1/344). Penjelasan yang lebih lengkap disampaikan oleh Syaikh Abu Bakar Syatha yang mengutip dari Mufti Syafiiyah di Makkah, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan:
وَقَدْ بَسَطَ الْكَلَامَ عَلَى ذَلِكَ شَيْخُ اْلاِسْلَامِ بِبَلَدِ اللهِ الْحَرَامِ مَوْلَانَا وَأُسْتَاذُنَا الْعَارِفُ بِرَبِّهِ الْمَنَّانِ سَيِّدُنَا أَحْمَدُ بْنُ زَيْنِي دَحْلَانٍ فِي سِيْرَتِهِ النَّبَوِيَّةِ، وَلَا بَأْسَ بِإِيْرَادِهِ هُنَا، فَأَقُوْلُ: قَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَمَتَّعَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ بِحَيَاتِهِ. (فَائِدَةٌ) جَرَتِ الْعَادَةُ أَنَّ النَّاسِ إِذَا سَمِعُوْا ذِكْرَ وَضْعِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْمُوْنَ تَعْظِيْمًا لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَذَا اْلقِيَامُ مُسْتَحْسَنٌ لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَقَدْ فَعَلَ ذَلِكَ كَثِيْرٌ مِنْ عُلَمَاءِ اْلاُمَّةِ الَّذِيْنَ يُقْتَدَى بِهِمْ. قَالَ الْحَلَبِي فِي السِّيْرَةِ فَقَدْ حَكَى بَعْضُهُمْ أَنَّ اْلاِمَامَ السُّبْكِيَ اجْتَمَعَ عِنْدَهُ كَثِيْرٌ مِنْ عُلَمَاءِ عَصْرِهِ فَأَنْشَدَ مُنْشِدُهُ قَوْلَ الصَّرْصَرِي فِي مَدْحِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:قَلِيْلٌ لِمَدْحِ الْمُصْطَفَى الْخَطُّ بِالذَّهَبِ عَلَى وَرَقٍ مِنْ خَطٍّ أَحْسَنَ مِنْ كُتُبٍ وَأَنْ تَنْهَضَ اْلاَشْرَافُ عِنْدَ سَمَاعِهِ قِيَامًا صُفُوْفًا أَوْ جِثِيًّا عَلَى الرُّكَبِ فَعِنْدَ ذَلِكَ قَامَ اْلاِمَامُ السُّبْكِي وَجَمِيْعُ مَنْ بِالْمَجْلِسِ، فَحَصَلَ أُنْسٌ كَبِيْرٌ فِي ذَلِكَ الْمَجْلِسِ وَعَمَلُ الْمَوْلِدِ. وَاجْتِمَاعُ النَّاسِ لَهُ كَذَلِكَ مُسْتَحْسَنٌ. (إعانة الطالبين - ج 3 / ص 414
Masalah ini telah dijelaskan oleh Syaikhul Islam di Tanah Haram, junjungan kami, ustadz kami yang Ma’rifat Billah, Sayid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Sirah Nabawinya, dan akan saya sampaikan disini. Beliau berkata: “(Faidah) Telah berlaku sebuah tradisi bahwa orang-orang jika mendengar sebutan kelahiran Nabi Saw, maka mereka berdiri untuk mengagungkan kepada Nabi. Berdiri ini adalah sesuatu yang baik karena ada tujuan mengagungkan Nabi Saw. Hal tersebut sudah dilakukan oleh banyak ulama yang menjadi panutan umat. Al-Halabi menyebutkan dalam kitab as-Sirah bahwa sebagian ulama menyampaikan saat Imam as-Subki berkumpul bersama para ulama di masanya, maka pembaca syair melantunkan syair karya ash-Sharshari dalam pujiannya untuk Nabi Saw.
Sedikit sekali pujian untuk Nabi dengan tinta emas, diatas kertas dari tulisan terbaik di kitab-kitab. Hendaknya bangkit orang-orang mulia saat mendengarnya, berdiri dan berbaris, serta berlutut di atas kendaraan”
Saat itu, maka imam as-Subki dan orang-orang yang ada berdiri semua, maka terjadilah kebahagian dan amaliyah Maulid di tempat itu. Dan berkumpulnya banyak orang untuk acara tersebut juga sesuatu yang baik” (Ianat ath-Thalibin 3/414)
Bahkan di kitab Tahdzibul Furuq (pinggirnya kitab Alfuruq imam alqorrofi almaliki) di situ di jelaskan Panjang ttg hukum berdiri wkt bacaan maulid. Bahkan di nyatakan, yg tidak berdiri bisa kufur karena tekesan melecehkan Rasul. Ada juga cerita tentang orang palestina yg tidak mau bediri akhirnya sakit lumpuh...dst....
  1. HUKUM MENGECILKAN SUARA/CERIK DALAM ISHARI
Pada dasarnya cerik dalam ISHARI adalah mengecilkan suara dengan melafadzkan syair Sholawat yang dibaca oleh majlis Hadi, hal itu dilakukan dengan tujuan :
pertama sebagai tanda mau memulai roddad dan atau mau mengakhirinya.
kedua dalam kitab Qonun al hadroh karangan KH Abd Rokhim dijelaskan bahwa cerik dalam Hadroh dimaksudkan untuk memanggil / mengundang kepada Alloh SWT dan Rosululloh SAW dengan menggunakan huruf Nida’ Yaa, Hayya, dan sebagainya
oleh karena itu Hukumnya adalah mubah asal tidak dilakukan dengan niat lahn (main main), meniru suara perempuan atau meniru suara alat musik yang diharamkan berikut penjelasannya dalam kitab Juz’un fil Iqo’at hal 12
الإيقاع لغة: مصدر أوقع يوقع إيقاعاً، وله معانٍ كثيرة لكن ألصقها بموضوع البحث ما ذكره ابن منظور في "لسان العرب" بقوله: (و الإِيقاع : من إِيقاع اللحْنِ والغِناءِ وهو أَن يوقع الأَلحانَ ويبينها، وسمى الخليل، رحمه الله، كتاباً من كتبه في ذلك المعنى كتاب الإِيقاع
Yang dikatakan iqo’ adalah membunyikan suara dengan lahn dan senandung
أن الشرع قد يبيح صوتاً ويحرم صوتاً مماثلاً له لاختلاف مصدرهما كما في صوت تغنج الزوجة وتكسرها بالكلام وصوت الأجنبية في ذلك فإن الأول مباح والثاني محرم ولو كان صوت الأجنبية مماثل لصوت الزوجة، فكذلك في مسألتنا يفرَّق بين الصوتين لاختلاف مصدرهما فالشرع نهى عن المعازف ولم ينهَ عن صوت الآدمي فيبقى صوت الآدمي جائزاً ولو تماثل مع المعازف في الصوت لاختلاف المصدر
Sesungguhnya Syariat memperbolehkan suara asli manusia dan mengharamkan yang menyamainya dikarenakan perbedaan asal keluarnya suara/ bukan karena bunyi yang ditimbulkan suara
أن كون هذه الإيقاعات أصلها مباح وهو الصوت البشري الذي يدخل للجهاز ويجري تعديله لا يجعلها مباحة نظراً لأصلها بل إجراء عملية تعديل الصوت يجعل حكم الصوت الخارج بعد التعديل مخالفاً لحكم الصوت الداخل، فالعزف بالبوق والمزمار أصله: نفخ الآدمي في المزمار أو البوق ، ونفخ الآدمي جائز، وسماع صوت خروج الهواء جائز لكن لما أدخل ذلك في البوق والمزمار وأخرج صوتاً مطرباً مستلذاً صار حراماً.. وهذا نظير مسألتنا، فوجب الحكم على الصوت الخارج من الجهاز بالتحريم، ولايشوِّش على هذا أن الصوت الداخل جائز.
أن استخدام الإيقاعات فيه تشبه بالفسقة والكفرة، والتشبه بهم محرم لحديث: (من تشبه بقوم فهو منهم ويناقش من وجهين: الأول: أن هذه الأصوات ليست من خصائص الفسقة والكفرة فلا تكون تشبهاً فقد استخدمها أهل الخير والصلاح فانتفى وصف التشبه عن مستخدمها. الثاني: أن استخدام الفسقة أو الكفرة للتقنية في الباطل لايوجب على غيرهم تركها في الدعوة إلى الخير، وإلا للزم ترك كثير من الآلات الحديثة التي سبق الفسقة باستخدامها في الشر. الكتاب : جُزْءٌ فِيْ حُكْمِ الإِيْقَاْعَاْتِ 12
  1. HUKUM HADRO-AN DI MASJID
إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لاَ تَصْلُحُ لِشَىْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلاَ الْقَذَرِ إِنَّمَا هِىَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ ». (صحيح مسلم - ج 1 / ص 163)
Nabi bersabda: “Sungguh masjid ini tidak layak untuk kencing dan kotoran, masjid adalah untuk dzikir kepada Allah, salat dan membaca al-Quran” (HR Muslim)
وَقَالَتْ عَائِشَةُ رَأَيْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَسْتُرُنِى ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى الْحَبَشَةِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِى الْمَسْجِدِ ، فَزَجَرَهُمْ عُمَرُ فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « دَعْهُمْ ، أَمْنًا بَنِى أَرْفِدَةَ » (صحيح البخارى - 988 )
Aisyah berkata: Saya dan Nabi melihat orang Habasyah bermain di masjid, Umar melarangnya. Nabi bersabda: “Biarkan Umar, damai Bani Arfadah” (HR al-Bukhari No 988)
حَدِيْثُ (أَعْلِنُوْا النِّكَاحَ وَاجْعَلُوْهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوْا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ) التُّرْمُذِي وَضَعَّفَهُ وَابْنُ مَاجَهْ وَابْنُ مَنِيْعٍ وَغَيْرُهُمْ عَنْ عَائِشَةَ مَرْفُوْعًا بِهَذَا وَهُوَ حَسَنٌ فَرَاوِيْهِ عِنْدَ التُّرْمُذِي وَإِنْ كَانَ ضَعِيْفًا فَإِنَّهُ قَدْ تُوْبِعَ كَمَا فِي ابْنِ مَاجَهْ وَغَيْرِهِ (المقاصد الحسنة للسخاوي ص: 125)
Ramaikanlah pernikahan, jadikan pernikahan di masjid dan tabuhkanlah dengan terbang" (HR Turmudzi, ia menilainya dlaif dan ulama yang lain juga mendlaifkannya). Namun ahli hadis al-Hafidz as-Sakhawi berkata bahwa hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Mani' dan lainnya. Dengan demikian hadis ini berstatus hasan karena diperkuat (mutaba'ah) oleh riwayat lain”. (Al-Maqashid al-Hasanah 125)
Dari hadis ini ahli fikih Syafiiyah, Ibnu Hajar al-Haitami berkata:
وَفِيهِ إيمَاءٌ إلَى جَوَازِ ضَرْبِ الدُّفِّ فِي الْمَسَاجِدِ لِأَجْلِ ذَلِكَ فَعَلَى تَسْلِيمِهِ يُقَاسُ بِهِ غَيْرُهُ وَأَمَّا نَقْلُ ذَلِكَ عَنْ السَّلَفِ فَقَدْ قَالَ الْوَلِيُّ أَبُو زُرْعَةَ فِي تَحْرِيرِهِ صَحَّ عَنْ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّينِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنِ دَقِيقِ الْعِيدِ وَهُمَا سَيِّدَا الْمُتَأَخِّرِينَ عِلْمًا وَوَرَعًا وَنَقَلَهُ بَعْضُهُمْ عَنْ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ الشِّيرَازِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَكَفَاكَ بِهِ وَرِعًا مُجْتَهِدًا (الفتاوى الفقهية الكبرى - ج 10 / ص 298)
Hadis ini mengisyaratkan dibolehkannya menabuh terbang di masjid. Hal tersebut disampaikan oleh ulama Salaf seperti Abu Zur’ah, Ibnu Abdi Salam, Ibnu Daqiq al-Id, Asy-Syairazi dan sebagainya” (Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra 10/298)
  1. AMALIYAH KEBAIKAN HARUS DIGURUKAN ?
تنوير القلوب ص 524 – 525
فصل فيمن يتخذ شيخا الى ان قال : فمن لاشيخ له يرشده فمرشده شيطان, ومن هذا تعلم انه لايجوز التصدر لاخذ العهد على المريدين وإرشادهم الا بعد التربية والإذن كما قالت الائمة رحمهم الله تعالى اذ لايخفى ان من تصدر لذلك وهو غير اهل له فما يفسده اكثر مما يصلحه وعليه اثم قاطع الطريق فهو بمعزل عن رتبة المريدين الصادقين فضلا عن مشايخ العارفين
Barang siapa tidak ada guru yang mengarahkannya maka yang mengarahkan dia adalah Syetan ( Al Hadits), dari hadits ini maka bisa diambil pengertian bahwa hukumnya tidak boleh seseorang mengajarkan dan mengarahkan kepada para muridin kecuali dia telah melalui proses belajar dan mendapatkan izin untuk mengajar, karena seseorang yang mengajar tanpa melalui proses tarbiyah maka lebih banyak kerusakan daripada kebaikan yang akan ditimbulkan dan baginya mendapatkan dosa seperti dosanya pencuri dan terlempar jauh dari maqom muridin apalagi dari maqom Arifin (Kitab Tanwiru al qulub Hal 524-525).
اصول الطريق ص 89
وقد اجمع السلف كلهم على ان من لايصح له نسب القوم
ولاإذن فى ان يجلس للناس لايجوز له الصدر الى إرشاد الناس ولا ان يأخذ عليهم عهدا ولا ان يلقنهم ذكرا ولا شيئا من الطريق
Para salaf bersepakat bahwa seseorang yang tidak mampu dan tidak ada ijin baginya untuk mengajar suatu kaum, maka hukumnya tidak boleh mengajar, mengangkat perjanjian, mentalqin Dzikir, bahkan mengajar apapun dari bentuk pengajaran Thoriqoh ( Ushul Al Thoriq Hal 89 )
Disusun dan dirangkum oleh              : M Nuruddin
Jabatan Dalam ISHARI                      : Sekretaris Umum PW ISHARI Jawa Timur 2013-2018
Katib Majlis Hadi PC ISHARI Kab Pasuruan 2012 -2017.

0 komentar:

Posting Komentar