SELAMAT DATANG DI BLOG PIMPINAN CABANG IKATAN SENI HADRAH INDONESIA KABUPATEN BOJONEGORO

Pages

Jumat, 23 Januari 2015

SECUIL PELITA DALAM PERSIMPANGAN



ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا
ISHARI memuat 4 Hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain, bahkan begitu terikatnya 4 hal tersebut maka tidak jarang kita akan dibenturkan dari satu hal ke hal yang lain, padahal didalam memahami ISHARI secara utuh maka kita juga perlu faham tentang 4 hal ini, apa dan bagaimana sebenarnya sudut pandang kita terhadap 4 hal in, dan bagaimana kita mampu meletakkan tempat 4 hal ini secara porposional menurut pandangan ilmu agama tanpa harus dibenturkan antara keyakinan dan pemahan yang satu dengan yang lainnya, 4 hal tersebut adalah :
  1. Amaliyah Hadroh yang secara Haqiqi adalah merupakan bagian dari kegiatan Ubudiyah Mahdloh (bentuk pengabdian langsung) kepada Alloh yaitu pembacaan Sholawat kepada Nabi Muhammad yang merupakan sebuah amalan yang mulya atas dasar perintah dan Anjuran dari Alloh. Dalam Al Qur’an Surah al Ahzab ayat 56 Alloh SWT berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
(Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi) untuk Nabi Muhammad saw. (Hai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya) yaitu katakanlah oleh kalian, "Allaahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa Sallim", artinya, "Ya Allah! Limpahkanlah salawat dan Salam-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad."

Menurut Syaikh ‘Izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Al Qoulul Badi’ fisholawati alal habib halaman 34
Tujuan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah
1)      Mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan melaksanakan PerintahNya
2)      Melahirkan rasa Cinta Kepada Nabi Muhammad SAW dengan Memuji dan MenyanjungNya melalui kalimat kalimat yang terindah
3)      Upaya membersihkan Hati agar selalu melaksanakan ketaatan sebagai pengaruh dari sanjungan dan pujaan kepada Rosulillah
4)      Mengharap kemulyaan dengan telah memulyakan Nabi Muhammad SAW.

Agar tujuan tersebut tercapai maka membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW harus pula disertai beberapa hal antara lain
a)      NIAT, dilaksanakan agar ada perbedaan antara amal Ibadah dengan yang bukan ibadah
(إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى),
Sesungguhnya Amalan-Amalan itu dikerjakan dengan niat, dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan” [Arba’in an-Nawawi, hadits pertama (متفق عليه)]
b)      MENGGUNAKAN KALIMAT PUJIAN YANG INDAH
مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya” (QS. al-Fathir 35 : 10)
c)      DENGAN KEIMANAN DAN KHUDUR
Allah SWT berfirman
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. al-Qaaf 50 : 18)
Artinya jangan ada dusta antara yang diucapkan dengan perbuatan, telah kita Maklumi bahwa setiap kita melaksanakan even Hadroh, kita sering mengucapkan
أحْمَدُ يا حَبِيْـــبِيْ
v     

ّ
 
اَلسَّـــلاَمُ عَلَيْكَ
Salam sejahtera mudah-mudahan tetap untukMu  Wahai Nabi Ahmad, kekasihku
Bagaimana lisan kita mengatakan bahwa Dia (Nabi Muhammad SAW) adalah kekasih kita sedangkan perbuatan kita tak jarang melukai orang yang kita Cintai ini

  1. Organisasi yang memuat Peraturan dan program dari Hasil keputusan bersama (Ittifaq Ijtimaiy)

Organisasi menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa yunani “ organon “ dan bahasa latin“ organum “ yang Berarti alat, bagian,anggota atau badan.
Sedangkan Organisasi menurut istilah yaitu :
1)      Bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama
2)      Bentuk formal dari perserikatan sekelompok manusia ( 2 atau lebih ) dengan tujuan individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, belajar,cari pengalaman,ibadah dll ) yang bekerja sama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama ( tujuan Organisasi).

Secara umum Organisasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.   Formal :  Suatu sistem kerjasama yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih dan dikoordinasikan  dengan sadar untuk mencapai tujuan tertentu. contohnya seperti Osis, karang taruna, perusahaan, partai, Majlis taklim, NU, ISHARI dll, dan dalam skala besar bisa bernama negara atau persatuan bangsa-bangsa dsb
2.   Informal : Kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan bersama yang disadari. Meskipun hal-hal yang tak disadari itu untuk tujuan bersama. Contohnya seperti orang nonton bola bersama,rekreasi bersama,menjenguk orang sakit,dsb.

Yang sering terjadi benturan di ISHARI adalah :
a)      Pemahaman ISHARI sebagai Organisasi formal yang memiliki perangkat dasar yang berupa PD/PRT ISHARI serta Hasil Keputusan MUSKERWIL ISHARI selain juga Struktur, Administrasi dan Manajemen Organisasi, yang harus dilaksanakan dan di patuhi bersama, sehingga muncul slogan “ kalau tidak taat aturan tidak usah ikut ISHARI, sholawatan sendiri saja dirumah “
b)      Pemahaman ISHARI sebagai kegiatan informal pembacaan Sholawat, yang tidak memerlukan peraturan berupa PD/PRT.Hasil Keputusan MUSKERWIL, Struktur organisasi, Administrasi Organisasi, dan Manajemen Organisasi sehingga muncul slogan “ yang penting baca Sholawat ”, orang baca Sholawat yang penting ikut kanjeng nabi bukan taat kepada Ketua cabang, PAC dan sebagainya

Pada kenyataanya walaupun hadroh ini berasal dari kegiatan informal namun pada tanggal 23 Januari 1959 kegiatan ini sudah dijadikan ORGANISASI FORMAL dengan segala peraturan dan keputusan Musyawarah oleh para ulama dan pendiri kegiatan informal hadroh ketika itu,

Pertanyaanya adalah : Apakah dengan menafikan aspek formal pada ISHARI bukankah itu adalah sebuah bentuk penghianatan kepada pemilik kegiatan informal yang sudah menjdikan kumpulan Hadroh ini sebagai ORGANISAI FORMAL ? tentu seandainya beliau – beliau masih hidup akan berkata “ kenapa kau hancurkan tatanan yang sudah ku mulai dengan memakai simbol –simbol milikku ?.....

Ber organisasi adalah kebaikan karena digagas dan dibentuk atas dasar kemaslahatan bersama terhadap kegiatan yang sudah ada sebelum di ORGANISASI kan,
Abdulloh bin Umar RA mengatakan dalam satu pemikiran yang cukup kita kenal yaitu :
لا إسلام إلا بجماعة ولاجماعة إلا بعمارة ولاعمارة إلا بطاعة
                                                                                                                                                                
Tidak lah Kuat Agama Islam kecuali dengan adanya Jama’ah (Organisasi), tidaklah berguna kelompok kecuali dengan adanya pengurus, dan tidaklah efektif pengurus kecuali adanya kepatuhan

Perangkat organisasi yang berupah PD/PRT dan segala bentuk peraturan dan program kerja adalah salah satu bentuk kesepakatan bersama dari setiap yang terlibat didalam organisasi tersebut tak terkecuali di ISHARI, melaksanakan segala peraturan merupakan salah satu bentuk Ibadah Ghoiru Mahdloh (pengabdian tidak langsung kepada Alloh) karna didalamnya memuat nilai nilai kebaikan bersama, hal ini adalah pengamalan dari Qoidah Fiqih
كل ما رأه الناس حسنا فهو عند الله حسن
Segala sesuatu yang menurut penilaian mayoritas sekelompok manusia itu kebaikan, maka niscaya sesuatu tersebut adalah kebaikan menurut penilaian Alloh (kitab Al Asybah Wa Nadloir)
Artinya “ bahwa melaksanakan keputusan dan program organisasi adalah sebuah kebaikan karna dihasilkan dari keputusan bersama dan melanggar peraturan dan tidak melaksanakan program adalah sebuah tindak kemaksiyatan karena mencederai keputusan bersama dan menghianati jabatan atau amanah “
Oleh karena itu ketika dibenturkan antara kegiatan Amaliyah hadroh yang merupakan “maslahah mursalah khoosshoh”(kebaikan individu) dengan ittifaq ijtima’i (keputusan Organisasi) yang merupakan “maslahah mursalah ‘ammah”, maka mestinya kita harus berpijak pada Qoidah Fiqih (kitab Qowaidul ahkam Fi Masholihil Anam Hal 36)
اذا تجادب المصلحتان فأخذ بأعظمهما مصلحة
Ketika terjadi tarik menarik dua kebaikan, maka ambillah kebaikan yang paling besar maslahahnya
Serta Qoidah fiqih
اذا تجادب المفسدتان فأخذ بأخفهما مفسدة
Ketika terjadi tarik menarik antara dua keburukan, maka ambillah yang lebih ringan dampak mafsadahnya (kitab Qowaidul ahkam Fi Masholihil Anam Hal 36)
Melakasanakan amaliyah hadroh adalah sebuah kemaslahatan individu sedangkan melaksanakan peraturan organisasi adalah kemaslahatan umum, tentunya kita tahu mana yang harus lebih dulu kita utamakan, sebaliknya tidak melakukan amaliyah hadroh adalah mafsadah individu sedangkan tidak melaksanakan peraturan organisasi adalah mafsadah umum tentunya juga kita tahu mana yang harus lebih dahulu kita ambil sebagai tindakan
  1. Seni dalam Amaliyah Hadroh, yang merupakan hasil kreasi para pendiri Hadroh pada irama,gerak, dan suara yang bermuara pada keindahan dan kandungan filsafat keagamaan,

seni sebetulnya bersifat Dinamis dan selalu berkembang dan tidak memiliki nilai ibadah sama sekali, karena seni adalah merupakan Mubahaat yaitu sesuatu yang diperbolehkan dengan catatatan :
1)      Tidak membuat lupa dan lalai kepada Alloh dan perintahNya
2)      Tidak terjadi keserupaan dengan lain jenis dan atau orang orang kafir
3)      Tidak ada unsur unsur yang menarik kepada kemaksiyatan

akan tetapi didalam ISHARI seni bukan hanya berorientasi pada keindahan sebagaimana lazimnya seni seni yang lain, tetapi seni dalam Hadroh ISHARI mengandung Nilai Filsafat keagamaan
Nilai filsafat keagamaan yang terkandung didalamnya yang harus difahami, dihayati, dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari, karna hanya nilai filsafat keaagamaan inilah yang akan bermuara pada dijadikannya “seni” sebagai “sarana” pendukung Amaliyah hadroh yang merupakan ibadah, sehingga Seni juga bisa menjadi bagian dari ibadah berdasarkan Qoidah Fiqih
للوسائل حكم المقاصد
Pada sarana terdapat nilai hukum sama dengan tujuan (Kitab Al Asybah Wa nadloir)
Artinya “kegiatan seni pada hadroh yang meliputi Lagu, irama, gerak roddat,keplok tangan, cerik,serta irama pukulan rebana akan memiliki nilai ibadah (Ubudiyyah Ghoiru Mahdloh) kalau pelakunya memahami nilai filsafat keagamaan yang terkandung didalamnya” dan nilai filsafat ini adalah merupakan bagian yang terpisahkan dari seni dalam hadroh itu sendiri sehingga seni ini akan menjadi semacam “amalan wirid” juga, oleh karenanya maka hukumnya menjadi “harus” bagi kita untuk belajar makna filsafah keagamaan yang terkandung dalam seni hadroh agar yang kita lakukan tidak menyimpang dari tujuan dan maqsud dari pembuat seni hadroh ini, hal ini ditegaskan oleh imam Nawawi al Bantany
يجب علي متعاطي هذه الاحزاب والاوراد والاذكار امور منها ان يتلقاها من اهلها ويرويها عن الائمة المشهورين والشيوخ المعروفين باالعلم ويتخير لذلك من حسن فيه اعتقاده وثبت اليه استناده فاذا يتحقق علمه وديانتهه فله ان يعتقده ويقتدي به ولا يضره ما عرض من نقصه من غي موافقة له فيه ولا ايحاس له لان العصمة انما هي للانبياء خاصة
Diwajibkan bagi yang mengamalkan semua hizib, wirid dan dzikir ini beberapa hal, diantaranya ia harus mempertemukannya dengan guru ahlinya, diriwayatkan dari imam-imam yang telah mashur dan guru-guru yang telah terkenal dalam bidang ilmiah dan keteguhan agamanya, telah dipersilahkan untuk dikerjakan bagi orang-orang yang telah baik keyakinannya serta cara bersandarnnya juga telah tertetapkan.
Bila guru tersebut telah diakui keilmuan dan keteguhan agamanya maka baginya boleh meyakini serta mengikutinya dan tidak akan mempengaruhi kredebilasnya hal-hal yang berkembang dari orang lain akan kekurangan yang ada pada gurunya bahwa ia tidak mencocoki ilmunya sebab sifat maksum (terjaga dari dosa) adanya hanya khusus bagi para nabi. [ Syarh al-Hizib al-Imaam an-Nawaawy hal. 94 ].

  1. Kultur Anggota (Jama’ah) sebagai pelaku tiga unsur yang diatas dengan segala kapasitas dan kemampuan keilmuannya yang hetrogen, dengan segala strata dan peradabannya yang beragam, dengan fanatisme naluri seninya yang cenderung sektoral individu./kelompok, dan ini bukan sesuatu yang mudah untuk bisa disatukan dalam satu semangat Membesarkan ISHARI atas dasar kebersamaan,

Jama’ah ISHARI lebih hafal praktek memukul rebana, praktek melaksanakan roddat, melantunkan bait bait sholawat dari pada memahami sebetulnya apa makna dan tujuan yang mereka lakukan secara menyeluruh ? dan hal ini wajar karena lebih dahulu kultur Hadroh nya dari pada kelahiran Organisasi apalgi dari pada pemahaman amaliyahnya

Sehingga tidak jarang kita menjadikan orang yang hanya menguasai satu bidang seni hadroh menjadi pemimpin dalam jam’iyyah ini, dan pada akhirnya ketika dihadapkan pada persoalan sesuatu yang memerlukan pertimbangan ke ilmuan dan nilai ke agamaan, tidak jarang pula kita kelabakan karena ternyata kita tidak memahami seutuhnya persoalan persoalan di ISHARI karena keterbatasan keilmuan kita

Padahal didalam kegiatan yang memuat unsur keagamaan akan menjadi rusak ketika kita bermakmum kepada orang yang bodoh, dalam syair dikatakan
فساد كبير عالم متهتك   وأكبر منه جاهل متنسك
هما فتنة للعالمين عظيمة    لمن بهما فى دينه يتمسك
Hancur lebur orang Alim yang ngawur dan suka mengumbar aib
Lebih hancur lebur lagi adalah orang bodoh menjadi guru ibadah
Keduanya adalah kerusakan terparah didunia
Bagi yang menjadikan keduanya pijakan dalam urusan agama

kata kunci untuk meramu atau meracik berbagai unsur yang bergam tersebut sehingga menjadi sebuah kekuatan Jamiyyah ISHARI hanya bisa ditempuh dengan peningkatan ILMU AGAMA,dan ILMU LAINNYA yang terkait serta adanya pengkaderan yang dilatih husus menguasai perihal ke ISHARI an secara menyeluruh

Oleh karenanya menjadi tugas kita bersama bagaimana kita mampu mensosialisasikan kepada para Jama’ah dan pengurus akan betapa pentingnya kita semua mengetahui dan memahami amaliyah Hadroh dalam organisasi ISHARI secara komplit dan tidak terpotong potong, tentunya kita semua para pengurus harus saling intropeksi dan menilai diri bahwa kita semua tidak harus malu mencari ilmu dan belajar tentang ISHARI secara konferehensip, sehingga tidak terjadi lagi adanya benturan benturan antara kepentingan 4 unsur diatas, ketika kita menilai persoalan yang sering terjadi diakibatkan oleh adanya perbedaan sudut pandang akan 4 unsur tersebut maka idealnya dasar kita adalah ilmu bukan simbol simbol strata atau jenjang kepengurusan.




PROFIL
ORGANISASI ISHARI


A.    SEJARAH
ISHARI merupakan Organisasi social keagamaan yang menjalankan Thoriqoh atau amalan Mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW yang bermuasal dari kumpulan (Jama’ah) pembacaan kitab Maulid Syarofu Al anam karangan As Syekh Ibnu Jauzii atau Al Imam Ibnu Qosim Al hariri (keterangan dalam kitab fathus Somadi al Alim karangan Syekh Nawawi bin Umar Al bantani) dengan tambahan bacaan Sholawat Hadroh yang berfungsi sebagai jawaban yang saling bersahutan dengan disertai Tabuhan rebana dan gerakan Tarian roddat dan keplok tangan sebagai ekspresi rasa cinta dan bangga terhadap Rosulillah Muhammad SAW.

Lantunan Syair Sholawat serta Irama rebana dalam Jama’ah hadroh memiliki ciri khusus yang memiliki makna filosofis syarat dengan dzikir dan penyucian jiwa keberadaannya pun telah ditentukan oleh para pendiri Jama’ah ini. bahkan tatacara pelaksanaan tersebut menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa diubah kecuali oleh para Guru Mursyid,(dalam ISHARI dikenal dengan sebutan Guru Hadi / Badal Hadi) melalui mekanisme bimbingan, hal ini dilaksanakan agar Amaliyah, Dzikir, dan Sholawat yang dilantunkan tetap otentik, berfilosofis dan memiliki sanad atau sambungan dari Pewaris Agama Islam (para Ulama) sampai dengan kepada pembawa Agama Islam ini yaitu baginda Nabi Muhammad SAW. Jama’ah Hadroh ini dirintis dan disebarkan  Oleh Hadrotus Syeikh KH. ABDURROKHIM Bin ABDUL HADI di Pasuruan sekitar  tahun 1918. beliau wafat di Pasuruan Pada Bulan Dzul Qo’dah Tahun 1372 H / 1950 M, dan dimakamkan di Pemakaman Belakang Masjid Jami’ Al –Anwar Kota Pasuruan.

Menurut pernyataan Al Alim Al Allamah Al Habib Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya Pekalongan (Mursyid Am Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah). Bahwa yang berjasa membawa Hadroh ke Tanah jawa adalah Al Habib Syekh Bin Ahmad Bin Abdulloh Bin Ali Ba Faqih yang lebih Masyhur dengan sebutan Habib Syeh Boto Putih. seorang ulama kelahiran kota Syahr Yaman pada Tahun 1212 H atau 1812 M. beliau datang ke Surabaya pada usia 39 tahun yaitu sekitar Tahun 1251 H.atau bertepatan dengan tahun 1830 M.selain mengajar berbagai ilmu dan menjadi Mursyid Thoriqoh  beliau Juga mengajarkan Thoriqoh Mahabbaturrosul (sebuah amalan bacaan Sholawat yang bersifat husus dan dilaksanakan bersama-sama serta tidak perlu Baiat ) oleh para santri dan masyarakat kegiatan tersebut disebut dengan kegiatan Hadro-an.

Beliau meninggal dunia diusia 77 tepatnya pada Bulan Syawwal Tahun 1289 H. atau Tahun 1888 M dan jasad beliau yang mulya dikebumikan ditempat beliau mengajar yaitu Boto Putih. sepeniggal beliau, Amalan Bacaan Sholawat tersebut tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh murid – muridNya, antara lain :
1.      Al Habib Abdulloh Bin Muhammad Bafaqih beliau wafat di Boto Putih
2.      Al Habib Ling Ba Nahsan beliau Wafat di Pegirian Surabaya.
3.      Al Habib Segaf As Segaf  Beliau Juga Wafat di Pegirian Surabaya.
4.      KH. Abdurrohman, beliau Lahir di Pegadangan Sidoarjo dan wafat Di Makkah Al Mukarromah.
5.      Syekh Ubaidah, beliau adalah salah satu Sanad Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah Al Habib Lutfi dengan urutan Habib Lutfi dari Habib malik, dari Habib Ilyas, dari Syeh Ubaidah.
6.      Syeh Abd Aziz bin Abd Somad Al Bimawi Nusa Tenggara Barat.
7.      Al Habib Umar Bin Thoha Bin Yahya Sindang laut Indra Mayu Cirebon, beliau adalah Guru KH. Sholeh darat Semarang dengan sanad dari KH Idris Losari dari Habib Umar Bin Thoha bin Yahya.
8.      Syeh Abdurrohman Al Baweani, Masyhurnya dari Madura namun sebenarnya dari Bawean Gresik.
Dari Syeikh Abdurrohman Bawean inilah, Ilmu dan Amalan Mahabbah Rosul dengan Hadrohnya terus lestari dan tetap ada sampai saat ini, beliau Menurunkan amalan ini kepada putranya yaitu KH. Abdul Hadi kemudian KH. Abdul hadi menurunkan amalan ini kepada putranya KH. ABDURROKHIM BIN ABDUL HADI.dan kemudian dibantu dan disebarkan oleh putra beliau antara lain
1.      Alm.KH Muhammad di Pasuruan.
2.      Alm.KH Abdurrohman di Malang
3.      Alm. KH Abd Majid di Lumajang
4.      Alm.KH Sami’ di Gresik.
5.      Alm.KH Abdul Hadi di Jombang
6.      Alm KH Masykur Muhammad di Blitar.
7.      Alm.KH Abd Salam Abd Majid di Lumajang.
Dan sekarang dilanjutkan oleh Cucu Cucu Beliau KH Abd Rokhim antara lain :
1.      KH. Mahmud Al Chusori sami’ Mojoagung Jombang.
2.      Gus Gufron Muhammad Sepanjang Sidoarjo.
3.      Gus H Ainul Musthofa Gresik.
4.      Gus Ali Faishol Mojokerto.
5.      Gus Abdul Ghofur Nur Pasuruan.
6.      Gus Abdurrokhim Abd Hadi Mojoagung.
7.      Gus Yahya Abd hadi Mojoagung.
8.      Gus Suaidi sami’ Gresik

B.     BENTUK AMALIYAH ISHARI
B.     I. Bacaan yang di senandungkan
Yang dibaca dan di senandungkan adalah :
a.       Kitab Maulid Syaroful Anam karangan Syeikh Ibnu Jauzi/Abi Al Qosim, baik yang Syair maupun Natsar berfungsi sebagai sumber utama Bacaan, yang bagian Syair di lantunkan oleh Pimpinan Amaliyah, dalam ISHARI disebut Hadi, sedangkan yang Natsar di kumandangkan disela sela Syair oleh Rowi (Pembaca Riwayat Nabi).
b.      Kitab Diwan Hadroh yang berisi Syair syair Sholawat, berfungsi sebagai sahutan oleh para Jama’ah atas setiap bait Syair yang dikumandangkan oleh Hadi. Sahutan atau jawaban ini di senandungkan sambil lalu melakukan gerakan ruddat ( Roqsh)

B.     II. Irama Bacaan Syair
Didalam Hadroh ISHARI ada banyak macam irama Syair yang bersifat khusus dan tidak lazim ditemukan dalam Qoidah Ilmu Syair (Ilmu ‘Arudl), sehingga irama tersebut menjadi ciri khas bagi irama Hadroh ISHARI, yang bisa dikuasai melalui belajar kepada para Hadi, utamanya dari Dzurriyah bani Abdurrokhim Pasuruan, demikian pula irama Rebana yang mengiringi pada saat Syair Sholawat di kumandangkan akan mengikuti jenis irama Syairnya, berikut jenis irama Syair dalam pembacaan Sholawat Hadroh :
a)      Irama JUZ, dimana syair mengikuti irama Dua kali dua ketukan tangan dengan tempo agak lambat secara terus menerus sampai tuntas,(Tak  Dik, Tak Tak ). penyebutan nama JUZ ini mengambil dari kata Juz’un, yang artinya adalah Bagian, Artinya bahwa dua kali dua ketukan sebagai tanda untuk mengingat dua kalimah Syahadat sebagai Bagian yang tidak boleh terpisahkan dari orang mukmin.
b)      Irama YAHUM, dimana Syair mengikuti irama Tiga kali ketukan tangan dengan tempo lebih cepat dari irama Juz sampai tuntas ( Tak Dik Tak), penyebutan nama Yahum ini mengambil dari kata Ya Huwa yang artinya Dialah Tuhanku.
c)      Irama TAREEM, dimana Syair mengikuti irama Tiga kali ketukan dengan tempo sangat cepat  sampai tuntas (Tak Dik Tak), penyebutan kata Tareem diambil dari nama kota di di negara Yaman (negara asal Hadroh), jenis irama ini banyak ragamnya yaitu :
1.      TAREEM INAT ( Tak  Tak  Dik).
2.      TAREEM ROJAZ (Dik Tak  Tak Tak)
3.      TAREEM BIASA ( Tak Dik Tak)

B.     III. Bentuk Rebana dan Irama dalam Hadroh
1)   Rebana yang digunakan adalah berdiameter 30 cm dengan tambahan 2 pasang kencreng dan minimal dilakukan oleh 3 orang, sedangkan posisi tempat pemukul adalah 3 Orang disamping kanan Guru hadi dan 3 Orang lagi (kalau ada) sebelah kiri Guru Hadi berhadapan dengan jamaah Roddat. Dikandung maksud jumlah minimal pemukul 3 Orang adalah simbul dari Tiga pokok ajaran Agama yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan atau 3 pokok Ilmu dalam agama Islam yaitu Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, dan Ilmu Tasawwuf .
2)   Notasi Irama pukulan rebana mengikuti Notasi lagu yang dibawakan oleh Guru Hadi, oleh karena itu irama pukulan dalam hadroh bukan irama pukulan biasa-biasa yang hanya hasil dari kreasi seni belaka, akan tetapi irama pukulan dalam Hadroh merupakan bagian dari Thoriqoh karna mengandung makna filosofis yang mendalam sehingga penguasaannya pun harus melalui tarbiyah atau belajar kepada Guru Hadi, ada beberapa ragam istilah nama dalam irama pukulan Hadroh yaitu :
a)      Irama Pukulan  Juz
irama pukulan Juz  berbunyi (tak dik -tak), dan irama tersebut sangat selaras dengan Notasi lafadz HU AL- LLOH atau lafadz MU HAM – MAD..
b)      Irama Pukulan Yahum
Irama pukulan yahum dalam Hadroh adalah simbul dari Dzikir dua kalimah tauhid yaitu kalimah LAILAHA ILLALLOH dan kalimah MUHAMMADUR ROSULULLOH, memang apabila disimak dengan benar maka notasi irama pukulan Yahum akan serasi dengan notasi kalimah LA-ILAHA-ILLALLOH – MUHAMMADUR-ROSULULLOH. Dalam irama yahum ada tiga notasi irama yang dipadukan yaitu :
1.   krotokan terdiri dari lima hentakan (taktak –taktak- dik) yang bermakna pengamalan Rukun Islam.
2.   Penyela (selat-an) terdiri dari empat hentakan (tak-tak-tak-dik) yang bermakna sumber hukum dasar pengamalan Agama islam yaitu Al Qur’an, Al Hadits, Al Ijma’ dan Al Qiyash.
3.   Pengonteng (lanangan) terdiri dari tiga hentakan (tak dik tak) yang bermakna pokok ajaran dalam Islam Yaitu Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf.

c)      Pukulan Irama Tareem
Secara umum Arti filosofis Irama Pukulan Tareem itu sama dengan Arti filosofis Irama Pukulan Yahum hanya saja notasi iramanya lebih cepat daripada Notasi Irama Pukulan Yahum

B.     IV . Roddat
Roddat diambil dari bahasa arab kata kerja Rodda - yaruddu – roddan bermakna mengembalikan, Membalas, menolak. Roddat menurut istilah dalam Hadroh adalah Orang yang membalas secara bersama sama atas lantunan Syair Solawat yang dilantunkan oleh Guru hadi sambil lalu melakukan gerakan tarian khusus (Roqs) sesekali melakukan keplok tangan (Tashfiq), dan bersuara sulukh dalam istilah kaum Sufi atau (Sambat dalam bahasa jawa) atau (Nida’dalam bahasa Arab).

Maksud dan tujuan Roddat yang pertama, adalah bahwa “seluruh makhluq yang ada diantara langit dan bumi bertasbih mengagungkan dan menyucikan Alloh SWT “ dan semua makhluq tersebut bergerak, sehingga tarian roddat dimaksudkan melatih seluruh tubuh manusia untuk bergerak bertasbih dan berdzikir kepada Alloh SWT.
Kedua bahwa para Malaikat di Sidrotul muntaha bertawaf berputar  mengelilingi Arsy karna bahagia dan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. sehingga tarian roddat dimaksudkan melahirkan rasa gembira atas kelahiran dan kehadiran Nabi Muhammad karna hal itu merupakan Anugrah terbesar yang dikaruniakan Alloh SWT kepada Ummat Manusia.
Dalam Gerakan Roddat ada Dua Macam yaitu :
1)      Roddat  badan dengan mengikutsertakan anggukan kepala yang diserasikan dengan Notasi irama rebana, Roddat ini mengilustrasikan penulisan lafadz ALLOH JALALAH.
2)      Roddat badan dengan Tarian tangan, Roddat ini mengilustrasikan seakan-akan menulis lafadz MUHAMMAD.
Demikan pula keplok tangan (Tashfiq) dimaksudkan melahirkan rasa bahagia atas kehadliran Rosululloh SAW yang diyakini beliau hadir pada saat sejarah maulidNya dibacakan,
Sementara suara kecil (sulukh dalam istilah kaum Sufi) atau (Sambat dalam bahasa jawa) atau (Nida’dalam bahasa Arab) dimaksud kan untuk bermunajat dan mengadu kepada Alloh SWT dan memohon Syafaat dari Rosululloh SAW.

B.     V. Skema pelaksanaan Hadroh ISHARI
Skema Pelaksanaan kegiatan Hadroh-an adalah sebagai berikut :
a.       1 Orang sebagai Pemimpin Amalan dalam Hadroh di istilahkan Hadi,Tugasnya adalah memimpin amalan Syair yang diambil dari Kitab Diwan Hadroh dan Maulid Syaroful Anam, setiap kumpulan Syair Nadlom yang dibaca lazim di istilahkan dengan penyebutan Mukhut, dan Nama Mukhut tersebut diambil dari kata Awal dalam Nadlom Syair Syaroful anam, Seperti Mukhud BiSyahri, Mukhut TanaqqolTa, Mukhut Wulidal Habib dan seterusnya dalam Hadroh jumlah Mukhut ada 14 Mukhut. Cara melakukannya Hadi duduk Tawarruk di Shof depan posisi tengah menghadap para Jama,ah dan memegang Rebana sebagai Alat pengonteng irama, ketika mau memulai Hadi melafadzkan Sholawat Shollu ‘alan Nabi Muhammad,
b.      6 Orang Penabuh Rebana, Posisi duduknya sejajar dengan Hadi, 3 Orang berada disebelah kanan hadi dan 3 Orang yang lain berada disebelah kiri Hadi cara duduknya pun sama yaitu duduk Tawaruk.Tugasnya adalah menabuh rebana dengan irama sesuai dengan irama yang dilantunkan Hadi pada saat peserta roddat menjawab lantunan syair yang dikumandangkan Hadi.
c.       Petugas Roddat, posisi duduknya menghadap kepada Hadi dan penabuh rebana dengan sekema membentuk Shof layaknya orang Sholat dan duduk Tawaruk, jumlahnya tidak terbatas, (tergantung Jumlah jama’ah dan kapasitas tempat atau Majlis.). tugasnya adalah Menjawab Lantunan Syair Hadi dengan Syair Sholawat yang diambil dari Kitab Diwan Hadroh sambil melakukan Roqs (Tarian), sementara ketika Hadi melantunkan Syair petugas roddat melakukan Tashfiq (Keplok) dengan model serta variasi yang telah ditentukan, pada saat mau memulai dan mengakhiri tepuk tangan tersebut, sebagai tandanya adalah menyuarakan suara suluk bersama sama, demikian pula pada saat mau mengakhiri tarian maka dilakukan suara suluk bersama-sama.
d.      Duduk Tawaruk, dilakukan dengan tujuan Tafa’ulan.(Mencontoh) duduknya para sahabat Nabi ketika menghadap kepada Nabi Muhammad SAW.

C.     KE ORGANISASIAN ISHARI.
C.     I.  KELAHIRAN ORGANISASI
1)      Organisasi ini dilahirkan dan dibentuk Oleh Ulama NU, pada tanggal 15 Rajab 1378 H / 23 Januari 1959 M di Pasuruan. Hal tersebut dilakukan karena bermunculan kelompok kelompok Hadroh dengan Nama yang berbeda-beda, seperti misalnya Jam’iyyah Hadroh Al Mu’awanah, Jam’iyyah Hadroh Al Musthofa dan lain –lain. Tokoh Ulama yang membidani kelahiran ISHARI adalah KH. Abd Wahab Hasbulloh (Rois ‘am PBNU), KH. Bisri Syansuri (Rois PBNU), KH. Idham Kholid (Ketua Tanfidzi PBNU), KH. Syaifuddin Zuhri, KH Ahmad Syaiku, dan KH. Muhammad Bin Abdurrokhim Pasuruan (Putra perintis Hadroh).

2)      Pada tanggal 6 Agustus 1961 M, KH. Abd Wahab Hasbulloh berkirim Surat dengan tulisan tangan kepada KH. Muhammad Bin Abdurrokhim, agar KH Abdurrokhim segera membentuk Pengurus Pusat ISHARI dan mencari kantor sekretariat yang berpusat di Surabaya.(Copy Surat terlampir)

3)      Pada Tanggal 9 September 1961 M, melalui rapat yang dihadiri oleh tokoh tokoh ulama PB NU dan Tokoh Hadroh se Jawa Timur bertempat di Jl. Ronggolawe no 23 Surabaya ( ada yang mengatakan alamat tersebut adalah Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya), maka terbentuklah PP ISHARI, yaitu KH.Abdul wahab Hasbulloh sebagai pembina dan pelindung dan KH.Muhammad bin Abdurrokhim sebagai Ketua ( Komposisi kepengurusan terlampir).

4)      Pada Tanggal 28 Desember 1962, PP ISHARI mengajukan surat permohonan yang ditanda tangani oleh ketua III PP ISHARI  (M As’ad Musthofa) dan disetujui oleh Rois Am PB NU (KH.Abdul wahab Hasbulloh) kepada PBNU, agar ISHARI dimasukkan kedalam Badan pembinaan di NU mengingat jumlah Anggota pada saat itu sudah mencapai 40,000 Anggota dan tersebar di 20 Cabang se Jawa Timur, dan sebelumnya mohon diberi waktu untuk menampilkan kegiatan Hadroh pada para Muktamirin di arena Muktamar NU ke 23 di Solo Jawa tengah.(Copy Surat terlampir)

5)      KH. Wahab hasbulloh juga menulis surat yang ditujukan kepada Panitia Muktamar NU ke 23 di solo Jawa tengah, agar memberikan waktu dan tempat untuk menampilkan kegiatan Hadroh ISHARI (Copy Surat terlampir)

6)      Pada Muktamar NU ke 23 Solo Jawa tengah, ISHARI secara resmi menjadi Organisasi yang berada dibawah pembinaan Pengurus Syuriah NU.(AD/ART NU hasil Muktamar NU ke 23 Solo)

C.II.  PERJALANAN ORGANISASI ISHARI
a)      Sejak diresmikan menjadi salah satu lembaga binaan Syuriah di PBNU pada Muktamar NU ke 23 di Solo, tidak ada perubahan pada organisasi ini, dan bahkan kepengurusan PP ISHARI pun tetap sebagai mana pada saat diresmikan pada Tahun 1962 di Solo.
b)      Baru kemudian berdasarkan Hasil Muktamar NU ke 29 Tahun 1994 Di Cipasung Jawa Barat yang memasukkan ISHARI kedalam salah satu Badan Otonom di NU (AD/ART NU Hasil Muktamar NU ke 29 Cipasung Jawa barat), maka pada pada Tanggal 31 Agustus – 01 September 1995, bertempat di PP. Sunan Drajad Paciran lamongan dilaksanakan MUNAS ke I ISHARI dan menghasilkan beberapa keputusan yaitu :
1.      Menetapkan PD/PRT ISHARI.
2.      Program kerja Lima Tahun
3.      Menetapkan Pimpinan Pusat ISHARI masa Bakti 1995 – 2000
( Dokumen terlampir)
Sejak diadakannya MUNAS ISHARI di PP. Sunan Drajad pada Tahun 1995 kepengurusan PP ISHARI tidak ada perubahan karna memang tidak pernah diadakan MUNAS lagi sampai sekarang, hal ini dikarenakan posisi ISHARI di NU dari Muktamar ke muktamar berikutnya berubah-ubah
c)      Pada Muktamar NU ke 30 Tahun 1999 di Lirboyo Kediri Jawa Timur, ISHARI di masukkan pada pembinaan Lembaga Seni Budaya NU ( LSB NU), (AD/ART NU Hasil Muktamar NU ke 30 Lirboyo Kediri Tahun 1999), namun keputusan tersebut memunculkan berbagai respon yang tidak setuju dari berbagai kalangan terutama Tokoh ISHARI Jawa Timur apabila ISHARI di jadikan satu dalam pembinaan LSB NU,disamping dari pada itu, maka kepengurusan PP ISHARI Hasil MUNAS di Paciran lamongan tahun 1994 tidak ada kekuatan hukum lagi di NU
d)     Pada Muktamar NU ke 31 di Asrama Haji Boyolali Jawa tengah, posisi ISHARI dipindah menjadi lembaga di bawah Binaan Lembaga Thoriqoh Al Mu’tabroh An Nahdiyyah (LTMN), (AD/ART NU Hasil Muktamar NU ke 31 Boyolali), sama halnya pada hasil keputusan Muktamar ke 30, hasil keputusan Muktamar ke 31 inipun menemui beberapa kendala sehingga tidak perna ada aturan yang jelas antara Lembaga Thoriqoh dengan ISHARI.
e)      Di Muktamar NU ke 32 Makassar, Posisi ISHARI sudah tidak termaktub lagi di AD/ART NU bahwa ISHARI adalah satu lembaga dibawa binaan Thoriqoh, padahal lebih dari itu posisi jam’iyyah Thoriqoh yang semula lembaga di NU pada Muktamar ini di putuskan menjadi Badan otonom di NU (JTMN NU). Dengan tidak termaktubnya ISHARI pada Fungsi dan Tugas Thoriqoh di AD/ART NU, maka pola hubungan ISHARI dengan Thoriqoh semakin tidak jelas.
f)       Hal ini lebih diperkuat lagi oleh keputusan Pada Muktamar ke XI Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah yang diselenggarakan di PP. Al Munawariyah Bulu lawang Kabupaten Malang pada tanggal 14 – 18 Desember 2011, dalam keputusan Muktamar Thoriqoh tersebut sama sekali tidak memasukkan ISHARI kedalam lembaga binaan Thoriqoh ( PD/PRT JATMN NU hasil Muktamar ke XI di Bulu Lawang Malang tahun 2011). Dan selanjutnya sungguh telah jelas bahwa ISHARI sebagai salah satu Organisasi yang kelahirannya dibidani oleh para ulama NU sama sekali tidak ada tempat di Organisasi NU maupun di Thoriqoh.

C.III.  EKSISTENSI PW ISHARI JAWA TIMUR
a)      PW ISHARI Jawa Timur di bentuk dan digagas pada Saat Konferensi ISHARI Jawa Timur yang diselenggarakan pada Tanggal 12 Januari 1985 di Aula Masjid Sabilillah Malang, selain menghasilkan keputusan program kerja lima tahun pada Konferensi Wilayah kali ini menghasilkan kepemimpinan Wilayah ISHARI Jawa Timur, dimana KH. Sami’ Bin Abdurrokhim sebagai Rois Majlis hadi, H Ali Afandi sebagai Katib Majlis Hadi, dan KH. Muhammad Nur Bi Muhibbin sebagai Ketua Tanfidzi, KH. Ali Mukhsin sebagai Sekretaris ( Copy Susunan Terlampir) dan kepengurusan ini berjalan sampai dengan Tahun 1995.(Dua Periode).

b)      pada Tanggal 24 – 25 Desember 1995, bertempat di PP. Sunan Drajad Paciran lamongan bersamaan dengan MUNAS ISHARI, dilaksanakan pula MUSWIL ISHARI Jawa Timur dan menghasilkan keputusan :
1.      Penetapan PD/PRT ISHARI Hasil Munas
2.      Program kerja Lima Tahun
3.      Penetapan PW ISHARI Jawa Timur Masa Bakti 1995 – 2000 dengan komposisi KH, Abdul Hadi Bin Abdurrokhim sebagai Rois Majlis Hadi, KH. Yusuf Bin Muhajir sebagai Katib, dan H.Nur Fadlil sebagai Ketua, KH Mukhsin sebagai Sekretaris, (Copy susunan Terlampir).

kepengurusan ini pada perjalanannya tidak ada program perbaikan organisasi juga tidak melaksanakan MUSWIL lima Tahunan sehingga kepengurusannya tetap sampai tahun 2003.

c)      Pada tanggal 13 juli 2003 bertempat di Aula Masjid Rahmad Jl. Khairil Anwar No 27 Kembangkuning Surabaya dilaksanakan Rapat oleh para Pimpinan ISHARI Jawa Timur menghasilkan keputusan Reshufle PW ISHARI Jawa Timur Masa Bhakti 2003 – 2008, dengan komposisi KH. Abdul Hadi sebagai Rois, KH Yusuf Bin Muhajir sebagai Katib, dan KH. Bahri Ikhsan sebagai ketua, KH. Mukhsin sebagai Sekretaris.

Kepengurusan Wilayah ISHARI Jawa Timur periode ini di lantik serta di SK Oleh PW NU Jawa Timur, dengan SK PW NU Jawa Timur, Nomor :547/PW/L.I/VIII/2003 ( Copy Susunan terlampir).

d)     Pada tanggal 26 Oktober 2008 bertempat di Aula PC NU Gresik dilaksanakan MUSWIL ISHARI Jawa Timur ke IV, menghasikan keputusan :
1.      Penetapan Program kerja Lima tahunan
2.      Memilih kepemimpinan Masa Khidmah 2008 – 2013 dengan Komposisi KH. Abdul Hadi Bin Abd Rokhim sebagai Rois Majlis hadi, KH. Yusuf Muhajir sebagai katib, dan KH. Bahri Ikhsan sebagai Ketua, KH. Mukhsin sebagai Sekretaris dan dilantik serta di SK oleh PWNU Jawa Timur dengan Nomor 653/PW/L.I/IV/2009  (copy SK terlampir)
Pada periode kepengurusan ini ada perbaikan dari sisi keorganisasian, namun Dua Tokoh yang menempati Jabatan Rois dan wakil Rois yaitu KH. Abdul Hadi dan KH.Masykur Muhammad sebagai tokoh sentral saat itu meninggal dunia pada Tahun 2009 dan 2010, sehingga Jabatan Rois majlis hadi di Jabat Oleh KH.Mahmud Al Chusori Bin KH Sami’
Didasari dengan adanya keinginan melestarikan dan mengkukuhkan Organisasi ISHARI agar tidak lenyap dan tidak terombang ambing dimana posisi ISHARI tidak ada kejelasan yang pasti di Organisasi NU, maka Pimpinan Wilayah ISHARI Jawa Timur pada periode ini berinsiatif mendaftarkan Jam’iyyah ini ke kementerian Hukum dan Ham dan telah diterbitkan badan Hukum akta Pendirian Organisasi ISHARI dengan Nomor ANU 138.AN.01.07 Tahun 2012 tertanggal 27 Juli 2012. ( Copy Dokumen terlampir)
e)      Pada Tanggal 24-25 Agustus 2013, bertempat di Komplek PP.Huffadz Darul Ulum Sumurwaru desa Sumberanyar kecamatan Nguling Kabupaten pasuruan dilaksanakan MUSWIL ISHARI Jawa Timur ke V yang dihadiri oleh utusan 25 Cabang dari 32 cabang yang ada di Jawa Timur Masing sing Cabang 4 Orang, dan menghasilkan keputusan :
1.      Penetapan PD / PRT ISHARI Jawa Timur.
2.      Program kerja Lima Tahun.
3.      Memilih kepemimpinan masa khidmah 2013 – 2018 dengan komposisi KH. Mahmud al Chusori sebagai Rois am Majlis Hadi, Gus Taqdir Ali Syahbana sebagai katib Am Majlis hadi, dan Ir.H. Yusuf arif sebagai ketua Umum, M. Nuruddin, S PdI, sebagai sekretaris Umum, kepengurusan ini juga dikukuhkan dan di Lantik oleh PW NU Jawa Timur pada Tanggal 26 November 2013 bertempat di Komplek Masjid At Taibin Jl Raya Rungkut Tengah no 49 Surabaya dengan SK PWNU Jawa Timur Nomer : 195/PW/L.I/XI/20013. (Dokumen dan Copy SK terlampir)
Pada periode kepengurusan ini banyak sekali perbaikan yang dilakukan dengan fokus kepada program penguatan Struktur organisasi serta manajemen administrasi, disamping melakukan pembagian tugas kerja kepada seluruh jajaran pengurus, beberapa langkah strategis diambil antara lain :
1)      Melaksanakan MUSKERWIL I pada Tanggal 24-25 Desember 2013 dan dihadiri oleh seluruh pengurus Wilayah dan utusan cabang menghasilkan keputusan penjabaran Program kerja Lima tahunan (Dokumen terlampir)
2)      Melaksanakan RAKORWIL I pada tanggal 4 februari 2014 di Yayasan PPIQ Qomaruddin Bungah Gresik dalam rangka sosialisasi Hasil MUSKERWIL.
3)      Melaksanakan pembinaan di Cabang dengan mengintruksikan kepada seluruh cabang agar melaksanakan MUSCAB sesuai dengan Hasil MUSWIL dan MUSKERWIL ISHARI Jawa Timur.
4)      Bersilaturrokhim ke PW NU Jatim agar ISHARI di jadikan lembaga dibawah binaan langsung PWNU
5)      Dll



HUKUM AMALIYAH HADROH ISHARI
BEDASARKAN
FIQIH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

1.      BERTAWASSUL DAN BERDO’A DENGAN SHOLAWAT
Membaca Salawat kepada Rasulullah, selama hidupnya dan setelah wafatnya, adalah hal yang disyariatkan. Sejatinya dalam salawat ada harapan permintaan kepada Allah melalui Nabi-Nya, yaitu meminta balasan rahmat, diampuni kesalahan dan diangkat derajatnya. Inilah Tawassul dengan Rasulullah Shalla Allahu alaihi wa salllama setelah beliau wafat:
 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ (رواه أحمد ، والبخارى فى الأدب ، والنسائى ، وأبو يعلى ، وابن حبان ، والحاكم ، والبيهقى فى شعب الإيمان ، والضياء عن أنس. حديث صحيح.
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah memberi rahmat kepadanya 10 kali, menghapus darinya 10 kali kesalahan dan mengangkat baginya 10 derajat” (HR Ahmad, al-Bukhari dalam al-Adab, an-Nasai, Abu Ya’la, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi dalam Syuab al-Iman dan Dliyauddin al-Maqdisi dari Anas. Hadis sahih)
وَعَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ نَيَّارٍ قَال:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ". رواه البزار ورجاله ثقات. (مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق - ج 11 / ص 28
Dari Abu Burdah bin Nayyar, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku satu kali dari dirinya sendiri, maka Allah memberi rahmat kepadanya 10 kali, menghapus darinya 10 kali keburukan dan mengangkat baginya 10 derajat” (HR al-Bazzaar, para perawinya terpercaya)
- قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ بِهَا سَبْعِيْنَ صَلَاةً فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ
(أخرجه أحمد رقم 6605 عن ابن عمرو . قال الهيثمى إسناده حسن (10/16
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah memberi rahmat kepadanya serta malaikat memintakan ampunan untuknya sebanyak 70 kali. Maka hendaknya ia melakukan bacaan salawat sedikit, atau hendaknya memperbanyak” (HR Ahmad dari Abdullah bin amr bin Ash, sanadnya hasan)

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحمْنَ اَلْعُذْرِي، عَنْ عَبْدِ الله بنِ عَمْرٍو، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يَقُوْلُ: سَلوُا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ، فَإِنَّها مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ الله، وَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ، مَنْ سَأَلهَاَ لِي حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (أخرجه إبن عاصم)
Dari Abi Abdirrohman Al “udzri dar Abdillah bin Amr RA berkata, saya mendengar Rosululloh SAW bersabda, mintalah kepada Alloh SWT Wasilah karenaku, sesungguhnya Wasilah itu adalah satu kedudukan disurga untuk hamba Alloh, dan aku berharap aku bersama dengannya, barang siapa yang meminta Wasilah tersebut karenaku maka halal baginya syafaatku besok dihari Qiyamat

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم سَلوُا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ ، فَمَنْ سَأَلَهَا لِي فِي الدُّنْيَا كُنْتُ لَهُ شَاهِداً أَوْ شَفِيْعاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (أخرجه إبن عاصم)
Dari Ibni Abbas RA berkata, Rosululloh SAW bersabda, mintalah kepada Alloh dengan Wasilahku. Barang siapa memohonnya karenaku didunia maka aku menjadi saksi dan pembelanya dihari Qiyamat

2.      KEAGUNGAN DAN KEUTAMAAN SHOLAWAT NABI SAW.
عَنْ أَبِي بَكْرٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : مَنْ صَلَّى عَلَيّ كُنْتُ شَفِيْعَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه الشيخان)
Dari Sahabat Abi bakar As Siddiq berkata, saya mendengar Rosulillah SAW, bersabda : barang siapa bersholawat kepadaku, maka aku menjadi pembelanya di hari qiyamat  (Riwayat Bukhori Muslim)

عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابْ ، عَنْ نَبِيِّ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَنَّهُ قَالَ : مَنْ صَلَّى عَلَيّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ، فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ أَوْ لِيَكْثُرْ رَوَاهُ الشَّيْخَانِ
Dari Sahabat Umar Ibnil Khottob RA dari Nabi Muhammad SAW sesungguhnya beliau bersabda : barang siapa bersholawat kepadaku satukali, maka Alloh membalas kepadanya sepuluh rahmatNya, oleh karenanya hendaknya seorang hamba membaca Sholawat tersebut sedikit atau banyak (Riwayat Bukhori Muslim)

عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدْ بِنْ مُحَمَّدٍ بِنْ عَبْدِ الرَّحْمَنْ بِنْ عَوْفٍ ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنْ بِنْ عَوْفٍ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : لَقِيَنِي جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَبَشَّرنِي ، فَقَالَ : إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ لَكَ : مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ صَلَاةً صَلَّيْتُ عَلَيْهِ ، وَمَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ ، فَسَجَدْتُ لِذَلِكَ شُكْرًا لله عَزَّ وَجَلَّ. رواه الشيخان
Dari Sahabat Abdul wahid bin Muhammad bin Abdurrohman bin ‘Auf, dari  Abdurrohman bin ‘Auf,  sesungguhnya Rosululloh SAW telah bersabda, Jibril datang dan membawa kabar gembira untukku “ sesungguhnya Alloh SWT telah berfirman kepadaMu, barang siapa bersholawat kepadaMu satu kali maka aku balas Rahmat dia, barang siapa bersalam kepadaMu maka aku balas bersalam kepadanya” maka aku bersujud Syukur kepada Alloh karna berita tersebut (Riwayat Bukhori Muslim)

عَنْ أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ ، عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ:مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا َلمْ يُصَلُّوْا فِيْهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم إِلَّا كَانَ حَسَرَةٌ عَلَيْهِمْ ، وَإِنْ دَخَلوُاْ الْجَنَّةَ لمَاَّ يَرَوْنَ مِنَ الثَّوَابِ
 رواه الشيخان
Dari Sahabat Abi Sa’id Al Khudry dari Nabi Muhammad SAW bersabda, Tidaklah duduk satu golongan dalam satu Majlis yang tidak dibacakan Sholawat didalamnya kecuali kerugian atas mereka semua, dan seandainya mereka masuk surga niscaya mereka tidak akan melihat balasan pahala

عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ: مَا مِنْ قَوْمٍ يَجْلِسُوْنَ مَجْلِساً ثُمَّ يَتَفَرَّقُوْنَ مِنْهُ، وَلمَ يَذْكُرُوْا اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى النَّبِي عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم إِلاَّ كَانَ ذَلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ تُرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Dari Al Qosim dari Abi Umamah dari Rosulillah SAW bersabda “ tidak ada satu golongan duduk di satu Majlis kemudian mereka berpisah tanpa berdzikir kepada Alloh Azza Wa Jalla dan tidak bersholawat kepada Nabi SAW kecuali Majlis tersebut menjadi saksi atas kepalsuan mereka.(HR Ibnu Ashom)
عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : حَدَثَّنِي أَبُوْ طَلْحَةَ ، زَوْجُ أُمِّ سُلَيْمَ ، قاَلَ : دَخَلْتُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَرَأَيْتُ مِنْ بُشْرِهِ وَطَلَاقَتِهِ شَيْئًا لَمْ أَرَهُ عَلَى مِثْلِ تِلْكَ الْحَالِ قَطٌّ . فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ الله مَا أَدْرِي مَتَى رَأَيْتُكَ عَلَى مِثْلِ هَذِهِ الْحَالِ قَطٌّ ، قال :وَمَا يَمْنَعُنِيْ يَا أَبَا طَلْحَةَ وَقَدْ خَرَجَ مِنْ عِنْدِي جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ آنِفًا وَأَتَانِي بِبِشَارَةٍ مِنْ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّ الله تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُبَشِّرُكَ أَنَّ لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ دِيْنِكَ يُصَلِّي عَلَيْكَ صَلَاةً إِلَّا صَلَّى الله عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتُهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا. (رواه الشيخان)
عَنْ أَنَسٍ ، عَنْ أَبِي طَلْحَةَ ، قَالَ : أَتَيْتُ النَّبِيَ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم ، وَهُوَ يَتَهَلَّلُ وَجْهَهُ مُسْتَبْشِرًا فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ الله ، إِنَّكَ لَعَلِّى حَالٌ مَا رَأَيْتُكَ عَلَى مِثْلِهَا ، قَالَ : وَمَا يَمْنَعُنِيْ ، وَقَدْ أَتَانِي جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ آنِفًا فَقَالَ : بَشِّرْ أُمَّتَكَ ، أَنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ صَلَاةً ، كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، وَكَفَّرَ عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ بِهَا عَشْرَ دَرَجَاتٍ ، وَرَدَّ الله عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ مِثْلَ قَوْلِهِ ، وَعُرِضَتْ عَلَيّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. رواه الشيخان)

Dari Sahabat Anas berkata, telah bercerita kepadaku Sahabat Abu Thalhah Suami Ummi Sulaim: saya masuk menemui Rosululloh SAW dan aku menjumpaiNya sangat gembira dan sedang menjumpai seseorang yang aku tidak bisa melihatnya, kemudian aku berkata kepada beliau Ya Rosulillah, tidak pernah satukalipun aku mendapatiMu seperti keaadan yang aku temui saat ini, kemudian beliau bersabda “ Ya aba Talhah tidak ada yang mencegahku menemuimu kecuali baru saja sungguh Jibril telah keluar dari menemuiku dan memberikan berita gembira kepadaku dari Tuhaku Azza Wa Jallah, Jibril berkata sesungguhnya Alloh SWT memberiMu kabar gembira bahwasannya tiada satu orang dari ummatMu bersholawat kepadaku satu kali kecuali Alloh dan malaikat membalas Rahmat baginya Sepuluh kali

Dalam kalimat lain,
bahwasannya Alloh berfirman “ tiada satu orang dari ummatMu bersholawat kepadaku satu kali kecuali Alloh menulis Sepuluh kali kebaikan baginya, menghapus darinya sepuluh kejelekan, mengangkat kepadanya sepuluh derajat, dan Alloh SWT menjawab seperti yang dia ucapkan, serta dihaturkan (Bacaan Sholawat) kepadaku besok dihari Qiyamat (HR Bukhori Muslim)

عَنْ ثَابِتْ ، عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِيْ يَوْمٍ أَلْفَ مَرَّةٍ ، لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ » رواه الشيخان

Dari sahabat Tsabit, dari Sahabat Anas RA berkata, Rosululloh SAW bersabda “barang siapa bersholawat kepadaku 1000 kali dalam satu hari, maka dia tidak akan mati sehingga melihat tempatnya di Surga (HR Bukhori Muslim)

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِي عُرْوَبْةِ ، عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً تَعْظِيْمًا لِحَقِّي جَعَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ تِلْكَ الْكَلِمَةِ مَلَكًا ، جَنَاحٌ لَهُ بِالْمَشْرِقِ وَجَنَاحٌ لَهُ بِاْلمَغْرِبِ ، وَرِجْلَاهُ فِي تُخُوْمِ الْأَرْضِ ، وَعُنُقُهُ مَلْوِيٌّ تَحْتَ الْعَرْشِ ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ : صَلِّ عَلَى عَبْدِيْ كَمَا صَلَّى عَلَى نَبِيِّي ، فَيُصَلِّي عَلَيْهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari sahabat Abi Sa'id bi Abi 'urwaih dari Qotadah, dari Anas RA berkata, Rosululloh SAW telah bersabda, Barang siapa bersholawat satukali kepadaku karena mengagungkan akan Hakku, maka Alloh SWT menjadikan dari Kalimat Sholawat tersebut berupa Malaikat yang memiliki Sayap diujung Timur dan Barat, kedua kakinya berada di perbatasan bumi dan lehernya tertunduk dibawa Arsy, dan kemudian Alloh SWT  berfirman kepadaNya, bacakanlah Sholawat kepada hambaku sebagaimana dia telah bersholawat atas Nabiku, kemudian Malaikat tersebut membaca Sholawat bagi Hamba tersebut sampai hari Qiyamat (HR Bukhori Muslim)

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ المُسَيَّبْ ، أَظُنُّهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قاَلَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:اَلصَّلَاةُ عَلَيَّ نُوْرٌ عَلَى الصِّرَاطِ فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثَمَانِيْنَ مَرَةً غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُ ثمَاَنِيْنَ عَامًا. (رواه الشيخان)

Dari sahabat Sa'id Bin Musayyab dan aku mengira dari Abu Hurairah RA berkata, Rosululloh SAW bersabda, Sholawat kepadaku merupakan Cahaya di Titian (Shirot) barang siapa bersholawat kepadaku di hari Jum'at 80 Kali, maka diampuni dosanya selama 80 Tahun (HR Bukhori Muslim)
)Dari kitab Shohih Muslim, Matan Shohih Al Bukhori dan kitab Fadloilul A’mal Wa Tsawabuhu Li Abu Hafshin Umar bin Ahmad Al Bagdady(
 عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً (رواه مسلم)

Dari Sahabat Abdulloh bin Mas’ud RA sesungguhnya Rosululloh SAW telah bersabda “sesungguhnya manusia yang paling dekat denganku dihari Qiyamat adalah yang paling banyak membaca Sholawat kepadaku (HR Muslim)

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ، قاَلَ: خَرَجْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ:أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَبْخَلِ النَّاسِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُوْلَ الله، قال: مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ، فَذَلِكَ أَبْخَلُ النَّاسِ.
Dari sahabat abi Umamah dari Abi Dzarr berkata, suatu saya keluar menemui Nabi Muhammad SAW, kemudian Beliau bersabda, maukah kalian kuberitahu tentang manusia yang paling kikir ?, sahabat menjawab baik ya Rosululloh, ialah orang yang mendengar namaku disebut disisinya namun dia tidak bersholawat kepadaku, yang demikian tersebut adalah manusia yang paling kikir (HR Ibnu Hibban)
عَنْ جَعْفَرٍ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيْهِ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَنسِيَ الصَّلاَةَ خَطِيْءَ طَرِيْقَ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Dari Ja’far bin Muhammad dari ayah beliau berkata, Rosululloh SAW bersabda, barang siapa ketika namaku disebut disisinya keudian dia tidak bersholawat kepadaku maka dia sudah lupa menuju jalan ke surga dihari Qiyamat.
عَنْ أَبِيْ رَافِعٍ، عَنْ سَعِيْدٍ اَلْمَقْبَرِي، عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: أَكْثِرُوْا عَلَيَّ الصَّلاَةَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ يُصَلِّي عَلَيَّ أحدٌ إِلَّا عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلاَتُهُ.
Dari Abi Rofi’,dari sa’id al maqbary dari Ibni Mas’ud berkata, Rosulillah SAW bersabda, perbanyaklah kalian semua bersholawat kepadaku dihari Jum’at ! karena sesungguhnya tida ada seorangpun bersholawat kepadaku melainkan di sampaikan kepadaku Sholawatnya

عَنْ أَبِيْ مُعَاذٍ، عَنْ أَبِيْ كَاهِلْ، قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: وَاعْلَمَنْ يَا أَبَا كَاهِلٍ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ كُلَّ يَوْمٍ ثلَاَثَ مَرَّاتٍ وَكُلَّ ليلةٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ حُبّاً وَشَوْقاً إِلَيَّ كَانَ حَقّاً عَلَى اللهِ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ ذُنُوْبَهُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ وَذَلِكَ الْيَوْمَ
Dari Abi Mu’adz dari Abi Kahil berkata, Rosululloh SAW bersabda kepadaku, sungguh ketahuilah olehmu wahai aba Kahil barang siapa bersholawat kepadaku tiga kali di setiap siang hari dan tiga kali di aetiap malam hari karena cinta dan rindu kepadaku, maka Alloh berhak mengampuni dosanya pada hari dan malam tersebut

عَنْ مَوْلَى الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبَ، عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ كَتَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ بِهَا عَشْرَ سَيِّئَاتٍ، وَرَفَعَهُ بِهَا عَشْرَ دَرَجَاتٍ، وَكُنَّ بِهِ عَدْلَ عِتْقِ عَشْرِ رقَابٍ.

Dari Barro’ bin ‘Azib, sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda, barangsiapa bersholawat kepadaku maka Alloh mencatat baginya sepuluh kebaikan, dan menghapus darinya sepuluh keburukan, dan mengangkat derajatnya sepuluh derajat, dan baginya pahala seperti membebaskan sepuluh hamba sahaya

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ  اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: صَلُّوْا عَلَيَّ، فَإِنَّ صلاةً عَلَيَّ زكاةٌ لَكُمْ.
Dari Abi Huroiroh RA, Rosululloh SAW bersabda, bersholawatlah kalian semua kepadaku, karena satu sholawat kepadaku adalah merupakan  zakat (membersihkan dosa) bagi kalian semua.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَامِرٍ بْنِ رَبِيْعَةِ، عَنْ أَبِيْهِ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ  اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَادَامَ يُصَلِّي عَلَيَّ، فَلْيُقِلَّ مِنْ ذَلِكَ الْعَبْدُ أَوْ لِيُكْثِرْ.
Dari Abdillah bin Amr bin Rabi’ah dari ayahnya berkata, Rosululloh SAW bersabda barang siapa bersholawat kepadaku maka tiada henti malaikat memohonkan ampun kepadanya selama dia bersholawat kepadaku, maka hendaknya seorang hamba bersholawatlah kepadaku dengan bilangan sedikit atau banyak
Dari kitab As Sholawatu Alan Nabi Li Ibni ‘Ashim

Sholawat kepada nabi kita Muhammad SAW menjadi ibadah yang sangat agung dan mulia yang didalamnya mengandung banyak fadilah dan keutamaan. Hal ini disebabkan karena ibadah sholawat terkait langsung dengan nabi Muhammad. Di antara keutamaan ibadah sholawat adalah sbb:
1.      Al Imam Al Arif Billah Al Habib Abdurrahman Musthofa Alaydrus mengatakan bahwa di akhir zaman yang tidak ada lagi murrabi hingga tidak ada lagi seorang murid yang dapat sampai kepada Allah SWT kecuali dengan memperbayak sholawat kepada nabi kita Muhammad SAW.
2.      Para ulama sepakat bahwa semua amal ada yang diterima dan ada yang ditolak. Sementara sholawat kepada nabi Muhammmad dipastikan diterima. Hal ini disebabkan karena kemuliaan dan keagungan nabi kita Muhammad SAW.

Keterangan ini bisa dirujuk dalam kitab "An Nujum Azzahirah" pada halaman 149 karya Al Habib Al Allamah Zen bin Ibrahim bin Sumait.

3.      Sholawat kepada nabi Muhammad adalah menyesuaikan dengan apa yang dikerjakan oleh Allah SWT dan para malaikatnya.
4.      Sholawat menjadi penyebab dibawa naiknya doa menuju Allah SWT. Penyebab untuk mendapatkan syafaat. Penyebab diampuni dosa-dosa. Penyebab dicukupkannya apa yang diinginkan hamba. Penyebab dekatnya kita dengan nabi Muhammad.Penyebab dikabulkannya hajat.Penyebab bersholawatnya Allah dan para malaikat-Nya kepada seorang hamba. Penyebab jawaban nabi bagi siapa saja yang bersholawat dan salam. Penyebab untuk mengingat apa yang telah lupa.Penyebab untuk menghilangkan kefakiran. penyebab untuk hilangnya sebutan bakhil bagi seorang hamba. Penyebab melimpahnya nur di shirot nanti. penyebab dipujinya hamba baik di langit maupun di bumi.Penyebab berkahnya amal dan umur. Penyebab untuk kontinyunya perasaan cinta kepada nabi Muhammad. penyebab Rasulullah mencintai seorang hamba. Penyebab hidayah dan hidupnya hati.Penyebab nama seorang hamba dikenal dan disebut oleh nabi Muhammad
5.      Sholawat menjadi sedekah bagi orang miskin dan pembersih hati.Pemberi kabar gembira pada saat sakaratul maut.Penyelamat bagi semua huru-hara kengerian hari kiamat.Penyebab majlis menjadi baik. Penyebab turunnya rahmat. Penyelamat kaki di atas shirot. Sebagai pembayar hak yang paling minim terhadap Rasulullah SAW. Sebagai tanda syukur terhadap nikmat Allah SWT,

Keterangan poin ketiga hingga kelima dapat dirujuk pada kitab "Abwabul Faros" pada halaman 374-377 karya Al Habib Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani.

6.      Imam Al Ghazali RA, di dalam kitabnya "Ihya Ulumudin" mengatakan bahwa berlipat gandanya pahala sholawat atas nabi Muhammad karena sholawat itu mengandung banyak kebaikan dengan sebab di dalam sholawat tercakup hal-hal berikut;
a)       Pembaharuan iman kepada Allah SWT dan Rasulnya yaitu nabi kita tercinta Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam.
b)      Pemuliaan dan pengagungan terhadap nabi kita Muhammad SAW.
c)       Menyebut orang-orang sholeh dan menampakkan rasa cinta terhadap mereka.
d)      Bersungguh-sungguh dan bertadarru dalam berdoa.
e)       Pengakuan bahwa semua urusan berada dalam kekuasaan Allah SWT.

Dan Masih Banyak lagi KEAGUNGAN & KEUTAMAAN SHOLAWAT NABI SAW.

3.       FATWA ULAMA MODERN TENTANG MAULID NABI SAW

1. Syaikh Dr. Said Romdlon al-Buthi
ﻣُﺤَﻤّﺪْ ﺳَﻌِﻴْﺪْ ﺭَﻣْﻀَﺎﻥْ ﺍﻟْﺒُﻮْﻃِﻲ ﻗَﺎﻝَ  " ﺍْﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻝُ ﺑِﺬِﻛْﺮَﻯ ﻣَﻮْﻟِﺪِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻧﺸَﺎﻁٌ ﺍِﺟْﺘِﻤَﺎﻋِﻲٌ ﻳُﺒْﺘَﻐَﻲ ﻣِﻨْﻪُ ﺧَﻴْﺮٌﺩِﻳْﻨِﻲّ، ﻓَﻬُﻮَ ﻛَﺎﻟْﻤُﺆْﺗَﻤَﺮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟﻨّﺪَﻭَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِﻳْﻨِﻴّﺔِ ﺍﻟَﺘِﻲ ﺗُﻌْﻘَﺪُ ﻓِﻲﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ، ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﻣَﻌْﺮُﻭْﻓَﺔً ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ . ﻭَﻣِﻦْ ﺛَﻢّ ﻻَ ﻳَﻨْﻄَﺒِﻖُ ﺗَﻌْﺮِﻳْﻒُ ﺍْﻟﺒِﺪْﻋَﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻝِ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮْﻟِﺪِ، ﻛَﻤَﺎ ﻻَﻳَﻨْﻄَﺒِﻖُ ﻋَﻠَﻰﺍﻟﻨّﺪَﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﺗَﻤَﺮَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِﻳْﻨِﻴَﺔِ. ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮْﻥَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻻَﺕُ ﺧَﺎﻟِﻴَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮَﺍﺕِ " (ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻮﻱ(

Said Romdlon al-Buthi: “Perayaan Maulid Nabi adalah semangat sosial yang bernilai agamis, seperti muktamar dan seminar agama yang dilakukan di masa sekarang, dahulu tidak ada. Oleh karenanya tidak tepat jika disebut bid’ah sebagaimana seminar dan muktamar Islam tidak disebut bid’ah. Tapi harus dihindari dari kemungkaran”

2.  Dr. Wahbah Zuhaili.

ﻭَﻫْﺒَﺔْ ﺍﻟﺰّﺣَﻴْﻠِﻲ ﻗَﺎﻝَ : "ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟِﺪُ ﺍﻟﻨَﺒَﻮِﻱ ﻣُﻘْﺘَﺼِﺮًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢِ ، ﻭَﺍﻟﺘّﺬْﻛِﻴْﺮِ ﺑِﺄَﺧْﻼَﻕِ ﺍﻟﻨّﺒِﻲّﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺼّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴّﻼَﻡُ، ﻭَﺗَﺮْﻏِﻴْﺐُ ﺍﻟﻨَﺎﺱِ ﻓِﻲ ﺍْﻻِﻟْﺘِﺰَﺍﻡِ ﺑِﺘَﻌَﺎﻟِﻴْﻢِ ﺍﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻭَﺣَﻀِﻬِﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﺮَﺍﺋِﺾِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍْﻵﺩَﺍﺏِ ﺍﻟﺸّﺮْﻋِﻴَﺔِ ... ﻻَ ﻳُﻌَﺪّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉِ" (ﺍﻟﺠﺰﻳﺮﺓ ﻧﺖ: ﺣﻠﻘﺔ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻭﻣﺠﺎﻻﺗﻬﺎ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﺓ ﻣﻊ ﺍﻟﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻲ

Dr. Wahbah Zuhaili: “Jika Maulid hanya sekedar membaca al-Quran, mengingatkan akhlak Nabi, mendorong umat agar mengamalkan ajaran Islam dan mendorong melakukan ibadah wajib dan akhlak agama, maka bukan sebagai bid’ah”

3.      Dr. Ali Jum'ah, Mufti Mesir

ﻋَﻠِﻲ ﺟُﻤْﻌَﺔْ ﻣُﻔْﺘِﻲ ﻣِﺼْﺮَ ، ﺣَﻴْﺚُ ﻗَﺎﻝَ : " ﺍْﻻِﺣْﺘِﻔَﺎﻝُ ﺑِﺬِﻛْﺮَﻯ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻩِ ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ ﺍْﻷﻋْﻤَﺎﻝِ ﻭَﺃَﻋْﻈَﻢِ ﺍﻟْﻘُﺮُﺑَﺎﺕِ؛ ﻷﻧّﻪُ ﺗَﻌْﺒِﻴْﺮٌ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺮَﺡِ ﻭَﺍﻟْﺤُﺐّ ﻟَﻪُ، ﻭَﻣَﺤَﺒّﺔُ ﺍﻟﻨّﺒِﻲ ﺃَﺻْﻞٌ ﻣِﻦْ ﺃُﺻُﻮْﻝِ ﺍﻹِﻳْﻤَﺎﻥِ " (ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻟﻤﺎ ﻳﺸﻐﻞ ﺍﻷﺫﻫﺎﻥ)

Dr. Ali Jum'ah, Mufti Mesir: “Perayaan Maulid Nabi adalah amal yang paling utama dan ibadah yang agung. Sebab Maulid ibaratnya adalah rasa senang dan cinta pada Nabi. Sedangkan mencintai Nabi adalah dasar keimanan”.

4. Dr. Yusuf Qardlawi.

ﻳُﻮْﺳُﻒْ ﺍﻟْﻘَﺮْﺿَﺎﻭِﻱ ، ﺭَﺋِﻴْﺲُ ﺍْﻻِتِّحَاﺩِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻲ ﻟِﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻗَﺎﻝَ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮَﻯ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟِﺪِ : " ﺇِﺫَﺍ ﺍﻧْﺘَﻬَﺰْﻧَﺎ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻔُﺮْﺻَﺔَ ﻟِﻠﺘّﺬْﻛِﻴْﺮِ ﺑِﺴِﻴْﺮَﺓِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ اللهِ، ﻭَﺑِﺸَﺨْﺼِﻴّﺔِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﻨّﺒِﻲّ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ، ﻭَﺑِﺮِﺳَﺎﻟَﺘِﻪِ ﺍﻟْﻌَﺎﻣّﺔِ ﺍْﻟﺨَﺎﻟِﺪَﺓِ ﺍﻟّﺘِﻲ ﺟَﻌَﻠَﻬَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ، ﻓَﺄَﻱّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﻭَﺃَﻳّﺔُ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ؟ " (ﻣﻮﻗﻊ ﺍﻟﻘﺮﺿﺎﻭﻱ: ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲﻭﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺎﺕ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ)

Dr. Yusuf Qardlawi: “Jika kita menjadikan kesempatan ini untuk mengingat sejarah Rasulullah, kepribadian Nabi yang agung dan ajaran kerasulannya yang abadi yang diutus untuk seluruh alam, maka apanya yang bid’ah dan apa sesatnya?


4.      APAKAH SHOLAWAT DAN SALAM KITA SAMPAI KEPADA NABI ?

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِيْنَ يُبَلِّغُوْنَ عَنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ. (رواه البزار ورجاله رجال الصحيح. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - ج 4 / ص 68)

Nabi bersabda: “Allah memiliki yang berkeliling menyampaikan salam dari umatku kepadaku” (HR al-Bazzar, perawinya sahih)

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ عِنْدَ قَبْرِيْ سَمِعْتُهُ وَمَنْ صَلَّى عَلَىَّ نَائِيًا بُلِّغْتُهُ (رواه ابو الشيخ فى كتاب الثواب)

Barangsiapa bersalawat kepada saya di dekat makam saya, maka saya mendengarnya. Dan barangsiapa bersalawat kepada saya dari jauh, maka dihaturkan kepada saya" (HR Abu al-Syaikh dalam al-Tsawab)

قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ إِسْنَادُهُ جَيِّدٌ (فتح الباري 6 / 488 وروضة المحدثين 3 / 418)
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Sanad hadis ini bagus" (Fathul Bari VI/488 dan Raudlat al-Muhadditsin III/418)

عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ حَسَنٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ  اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: صَلُّوْا عَلَيَّ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ وَتَسْلِيْمَكُمْ تَبْلُغُنِيْ حَيْثُمَا كُنْتُمْ
Dari Imam Ali Bin Husain berkata, ayahku memberiku kabar dari Imam hasan RA berkata, Rosululloh SAW bersabda, bersholawatlah kalian semua kepadaku ! karena sholawat dan salam kalian akan sampai kepadaku saat dimanapun kalian berada
عن حسن بن حسن بن علي بن أبي طالب، عن أبيه، أنَّ رَسُوْلَ  اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: حَيْثُمَا كُنْتُمْ فَصَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِيْ
Dari Imam hasan Bin Husain bin Ali RA,berkata, sesunguhnya Rosululloh SAW bersabda, dimanapun kalian berada bersholawatlah kepadaku, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku
أَخْبَرَنَا عِمْرَانٌ بْنِ حُمَيْرِي، قَالَ: قَالَ لِيْ عَمَّارُ بْنِ يَاسِرٍ: أَلَا أُحَدِّثُكَ حَدِيْثاً حَدَّثَنِيْهِ رَسُوْلُ  اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم : إِنَّ الله عَزَّ وَجَلَّ أَعْطَى مَلَكاً مِنَ المَلَائِكَةِ أَسْمَاءَ الخَلاَئِقِ، فَهُوَ قَائِمٌ عَلَى قَبْرِي حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ، فَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي يُصَلِّي عَلَيَّ صَلاَةً إِلَّا قَالَ: يَا أَحْمَدٌ فُلَانٌ بِنْ فُلَانٍ بِاسْمِهِ وَاسْمِ أَبِيْهِ صَلَّى عَلَيْكَ كَذَا وَكَذَا فَيُصَلِّي الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى  اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً وَإِنْ زاَدَ زَادَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ (أخرجه إبن عاصم)
Imron bin Humairi mengabariku dengan berkata,Ammar bin Yasir RA telah berkata kepadaku,ingatlah aku bacakan satu hadits langsung dari Rosulillah SAW bersabda, sesungguhnya Alloh memberi nama setiap makhluq kepada satu dari sekian malaikat yang berdiri diatas quburku sampai tiba waktu Qiyamat, maka tiada satu orang bersholawat sekali kepadaku melainkan dia (malaikat) berkata "wahai Nabi Ahmad, sesungguhnya Fulan bin Fulan (dengan menyebut nama dan ayahnya) telah bersholawat kepadamu seperti kalimat ini, maka Alloh SWT membalas rahmat, karna sesungguhnya barang siapa bersholawat kepadaku satu kali, Alloh akan membalasnya sepuluh kali, dan jika bertambah maka Alloh juga akan menambah balasanNya (HR Ibnu Ashim)

5.      BERDO’A/BERSHOLAWAT DENGAN SYAIR/ LAGU.

Rasulullah Saw berdoa dengan syair:
وَاللهِ لَوْلاَ أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا     وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلّــَـيْنَا
 فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَــــــيْنَا      إِنَّ الأوُلَى قَدْ أَبَوْا عَلَيْنـَا
وَيَرْفَعُ بِهَا صَوْتَهُ  
Rasulullah mengeraskan suaranya
 (رواه البخاري رقم 2837 ومسلم رقم 4771)

Muhajirin dan Anshar menggali tanah di sekitar Madinah, mereka bersyair:

نَحْنُ الَّذِينَ بَايَعُوا مُحَـــــــمـَّدًا    عَلَى الإِسْـــلاَمِ مَا بــَقِينَا أَبَدًا

Kemudian Rasulullah menjawab dengan doa syair yang bersajak:

اللَّهُمَّ إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ الآخِــــرَهْ    فَاغْفِرْ لِلأَنْصَارِ وَالْمُهَاجـِرَهْ     

(HR al-Bukhari No 2835 dan Muslim No 4777)

وَأَخْرَجَ أَبُو سَعِيد فِي " شَرَف الْمُصْطَفَى " وَرَوَيْنَاهُ فِي " فَوَائِد الْخُلَعِيّ " مِنْ طَرِيق عُبَيْد اللَّه اِبْن عَائِشَة مُنْقَطِعًا : لَمَّا دَخَلَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَة جَعَلَ الْوَلَائِد يَقُلْنَ : طَلَعَ الْبَدْر عَلَيْنَا مِنْ ثَنِيَّة الْوَدَاع وَجَبَ الشُّكْر عَلَيْنَا مَا دَعَا لِلَّهِ دَاعٍ وَهُوَ سَنَد مُعْضَل  وَلَعَلَّ ذَلِكَ كَانَ فِي قُدُومه مِنْ غَزْوَة تَبُوك (فتح الباري لابن حجر - ج 11 / ص 253

Ketika Nabi tiba di Madinah, wanita-wanita bersyair: “Thala’a al-badru alaina….” HR Abu Said dalam Syaraf al-Musthafa, sanadnya Mu’dlal dan Munqathi’ (Fath al-Bari 11/253)

Al-Hafidz Al-Iraqi: HR al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwah
 قَالَ الْغَزَالِيُّ الْغِنَاءُ إنْ قُصِدَ بِهِ تَرْوِيحُ الْقَلْبِ لِيُقَوِّيَ عَلَى الطَّاعَةِ فَهُوَ طَاعَةٌ أَوْ عَلَى الْمَعْصِيَةِ فَهُوَ مَعْصِيَةٌ أَوْ لَمْ يُقْصَدْ بِهِ شَيْءٌ فَهُوَ لَهْوٌ مَعْفُوٌّ عَنْهُ ا هـ ح ل
 (حاشية الجمل - ج 23 / ص 270)
Imam al-Ghazali: “Jika nyanyian ditujukan untuk menguatkan hati dalam ibadah, maka bernilai ibadah, jika untuk maksiat maka bernilai maksiat, jika tidak ada tujuannya, maka ucapan yang sia-sia yang diampuni” (Hasyiah al-Jamal 23/270).

6.      TIDAK MENGGUNAKAN ILMU TAJWID DALAM ISHARI

حقيقة علم التجويد: إعطاء كل حرف حقه ومستحقه في النطق، وإتقان الحروف وتحسينها وخلوها من الزيادة والنقص والرداءة.
حكم تعلّم التجويد: فرض كفاية على المسلمين ، إذا قام به البعض سقط عن الكل.
حكم العمل به: فرض عين على كل مسلم ومسلمة من المكلفين عند تلاوة القرآن لا غيره.
 احكام التجويد Halaman 3

Ilmu Tajwid adalah menempatkan setiap huruf pada tempat makhroj dalam pengucapannya serta mengucapkannya dengan baik dan mencegah dari pengurangan dan penambahan dari yang semestinya, hukum mempelajarinya adalah Fardlu kifayah apabila ada yang mempelajarinya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain, sedangkan mengamalkannya adalah fardlu ‘Ain ketika membaca Al Qur’an dan tidak wajib pada bacaan yang lain
( Kitab Ahkamu Al Tajwid Hal 5  syekh sayyid jum’ah sullam )

7.      HUKUM ALAT MUSIK REBANA YANG MENGIRINGI SHOLAWAT

Hukum alat musik ‘terbang’ (ad-duf) dalam beberapa hadis. Diriwayatkan bahwa

فِي الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ بَعْضَ جَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَهِيَ تَقُولُ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ دَعِي هَذَا وَقُولِي الَّذِي كُنْت تَقُولِينَ (رواه البخارى رقم 4001)
Nabi mendengar beberapa budak perempuan yang menabuh terbang Dan Rasulullah tidak melarangnya
(HR al-Bukhari No 4001).

وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ مَاجَهْ أَنَّهُ لَمَّا رَجَعَ مِنْ بَعْضِ غَزَوَاتِهِ أَتَتْهُ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ إنِّي نَذَرْتُ إنْ رَدَّك اللهُ تَعَالَى سَالِمًا أَنْ أَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْك بِالدُّفِّ فَقَالَ لَهَا إنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَأَوْفِ بِنَذْرِك
Ketika Rasulullah pulang dari  peperangan didatangi oleh seorang budak wanita hitam dan ia berkata: “Wahai Nabi, saya bernadzar jika Engkau kembali dari perang diselamatkan oleh Allah, saya akan menabuh terbang di hadapanmu. Rasulullah menjawab: “Jika kamu bernadzar seperti itu, maka lakukanlah nadzarmu”
(HR Turmudzi no 3690 dan Ia menilainya sahih).

وَاَلَّذِي مَشَى عَلَيْهِ م ر فِي شَرْحِهِ أَنَّ الْغِنَاءَ مَكْرُوهٌ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ وَالْآلَةَ مُحَرَّمَةٌ وَعِبَارَتُهُ وَمَتَى اقْتَرَنَ بِالْغِنَاءِ آلَةٌ مُحَرَّمَةٌ فَالْقِيَاسُ كَمَا قَالَهُ الزَّرْكَشِيُّ تَحْرِيمُ الْآلَةِ فَقَطْ وَبَقَاءُ الْغِنَاءِ عَلَى الْكَرَاهَةِ انْتَهَتْ
(حاشية الجمل - ج 23 / ص 270)
Pendapat Imam Ramli, jika nyanyian disertai alat musik yang haram, maka alat musiknya tetap haram dan nyanyiannya tetap makruh. Ini juga pendapat az-Zarkasyi (Hasyiah al-Jamal 23/270)


8.      HUKUM RODDAT/MENARI
(الفتاوىالحديثيةلابن حجرالهيتمي (ص:  212) )وسئل نفع الله به عن رقص الصوفية عندتواجدهم هل له أصل  فأجاب  بقوله نعم له أصل فقدروى في الحديث أن جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه رقص بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم لماقال له أشبهت خَلقي  وخُلقي وذلك من لذة هذاالخطاب ولم ينكرعليه صلى الله عليه وسلم وقدصح القيام والرقص في مجالس الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم عزالدين شيخ الإسلام ابن عبدالسلام
Ibnu Hajar Al-haitami ditanya (semoga Alloh memberikan manfaat) tentang tarian yang dilakukan para shufi ketika dibuai lezatnya dzikir,apakah hal itu ada dalil/dasarnya?
Beliau menjawab,,iya benar,hal itu memang ada dalil/dasarnya,sesungguhnya telah diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa sesungguhnya Ja'far bin Abi Tholib RA. menari-nari dihadapan Nabi SAW, ketika itu beliau mengatakan kepadanya,wahai Ja'far sungguh rupa dan tabiatmu mirip denganku, Ja'far menari sedemikian ini tak lain hanya karena terbuai rasa lezat atas sabda Nabi. dan Nabi pun tidak mengingkari perbuatan Ja'far tersebut,lagi pula sungguh benar-benar terjadi tari-tarian sambil berdiri pada majlis dzikir seperti yang dilakukan segolongan imam-imam besar termasuk diantaranya Syeikh Al-islam Izzuddin bin Abdus salam

وقد استدل الاستاذ الغزالي على إباحة الرقص : برقص الحبشة والزنوج في المسجد النبوي يوم عيد حيث أقرهم رسول الله صلى الله عليه و سلم وأباح لزوجه السيدة عائشة رضي الله عنه أن تتفرج عليهم وهي مستترة به صلى الله عليه و سلم وهوكما تعلم لا يثير أي شهوة فالنوع المباح من الرقص هو الذي لا يثير شهوة فاسدة (الفقه على المذاهب الأربعة - ج 2 / ص 42)

Imam al-Ghazali memperbolehkan ‘bergoyang’ dengan dasar hadits yang menerangkan gerakan/tarian orang Habasyah di masjid Nabi dan Nabi Muhammad membolehkan istrinya Aisyah melihatnya. Syaratnya: Tidak ada gerakan yang menimbulkan syahwat dan menimbulkan gairah
(Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah 2/42).

9.      HUKUM KEPLOK/TEPUK TANGAN

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَة [الأنفال/35]
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan…” (al-Anfal: 35)

وَفِي فَتَاوَي م ر سُئِلَ عَنِ التَّصْفِيْقِ خَارِجَ الصَّلاَةِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَأَجَابَ: إِنْ قَصَدَ الرَّجُلُ بِذَلِكَ اللَّهْوَ أَوِ التَّشَبُّهَ بِالنِّسَاءِ حَرُمَ وَإِلاَّ كُرِهَ اِنْتَهَى (حواشي الشرواني - ج 2 / ص 150)
Fatawa ar-Ramli: “Bagaimana tepuk tangan di luar salat? Jawab: Jika bertujuan untuk main-main / meniru wanita maka haram, jika tidak maka makruh”
(Hawasyai Syarwani 2/150).

صَلَّى أَبُو بَكْرٍ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَالنَّاسُ فِى الصَّلاَةِ فَتَخَلَّصَ حَتَّى وَقَفَ فِى الصَّفِّ فَصَفَّقَ النَّاسُ - وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ لاَ يَلْتَفِتُ فِى الصَّلاَةِ - فَلَمَّا أَكْثَرَ النَّاسُ التَّصْفِيقَ الْتَفَتَ فَرَأَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنِ امْكُثْ مَكَانَكَ فَرَفَعَ أَبُو بَكْرٍ يَدَيْهِ فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَل (رواه البخاري ومسلم)
Abu Bakar menjadi imam salat lalu Rasulullah datang, orang-orang bertepuk tangan, maka Abu Bakar melihat Nabi SAW, kemudian Nabi mengisyarahkan agar Abu Bakar tetap berada di tempatnya (tidak melarangnya) kemudian Abubakar memuji kepada Alloh dengan mengangkat kedua tangannya
(HR Al-Bukhari dan Muslim)


10.  HUKUM BERDIRI SAAT MAHALLUL QIYAM

وَنَظِيْرُ ذَلِكَ فَعَلَ كَثِيْرٌ عِنْدَ مَوْلِدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَضْعِ أُمِّهِ لَهُ مِنَ الْقِيَامِ وَهُوَ أَيْضًا بِدْعَةٌ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ شَيْئٌ عَلَى أَنَّ النَّاسَ إِنَّمَا يَفْعَلُوْنَ ذَلِكَ تَعْظيْمًا لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَالْعَوَامُّ مَعْذُوْرُوْنَ لِذَلِكَ بِخِلَافِ الْخَاصَّة ِوَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
 (الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي - ج 1 / ص 179
Hal yang sama telah dilakukan banyak orang saat Maulid Nabi Saw dan saat ibu Nabi melahirkan Nabi, dengan berdiri, adalah sebuah bid’ah yang tidak ada dasarnya. Hanya saja orang-orang melakukannya untuk mengagungkan Nabi Saw, maka orang awam ditolerir, berbeda dengan orang khusus”
(Fatawa Haditsiyah Ibnu Hajar 1/179)

Sementara dalam kitab-kitab Tarikh, berdiri semacam ini saat salawat merupakan ijtihadnya Imam as-Subki yang kemudian diikuti oleh banyak ulama lain
(Shalihi asy-Syami dalam Subul al-Huda wa ar-Rasyad 1/344).

Penjelasan yang lebih lengkap disampaikan oleh Syaikh Abu Bakar Syatha yang mengutip dari Mufti Syafiiyah di Makkah, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan:
وَقَدْ بَسَطَ الْكَلَامَ عَلَى ذَلِكَ شَيْخُ اْلاِسْلَامِ بِبَلَدِ اللهِ الْحَرَامِ مَوْلَانَا وَأُسْتَاذُنَا الْعَارِفُ بِرَبِّهِ الْمَنَّانِ سَيِّدُنَا أَحْمَدُ بْنُ زَيْنِي دَحْلَانٍ فِي سِيْرَتِهِ النَّبَوِيَّةِ، وَلَا بَأْسَ بِإِيْرَادِهِ هُنَا، فَأَقُوْلُ: قَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَمَتَّعَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ بِحَيَاتِهِ. (فَائِدَةٌ) جَرَتِ الْعَادَةُ أَنَّ النَّاسِ إِذَا سَمِعُوْا ذِكْرَ وَضْعِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْمُوْنَ تَعْظِيْمًا لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَذَا اْلقِيَامُ مُسْتَحْسَنٌ لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَقَدْ فَعَلَ ذَلِكَ كَثِيْرٌ مِنْ عُلَمَاءِ اْلاُمَّةِ الَّذِيْنَ يُقْتَدَى بِهِمْ. قَالَ الْحَلَبِي فِي السِّيْرَةِ فَقَدْ حَكَى بَعْضُهُمْ أَنَّ اْلاِمَامَ السُّبْكِيَ اجْتَمَعَ عِنْدَهُ كَثِيْرٌ مِنْ عُلَمَاءِ عَصْرِهِ فَأَنْشَدَ مُنْشِدُهُ قَوْلَ الصَّرْصَرِي فِي مَدْحِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:قَلِيْلٌ لِمَدْحِ الْمُصْطَفَى الْخَطُّ بِالذَّهَبِ عَلَى وَرَقٍ مِنْ خَطٍّ أَحْسَنَ مِنْ كُتُبٍ وَأَنْ تَنْهَضَ اْلاَشْرَافُ عِنْدَ سَمَاعِهِ قِيَامًا صُفُوْفًا أَوْ جِثِيًّا عَلَى الرُّكَبِ فَعِنْدَ ذَلِكَ قَامَ اْلاِمَامُ السُّبْكِي وَجَمِيْعُ مَنْ بِالْمَجْلِسِ، فَحَصَلَ أُنْسٌ كَبِيْرٌ فِي ذَلِكَ الْمَجْلِسِ وَعَمَلُ الْمَوْلِدِ. وَاجْتِمَاعُ النَّاسِ لَهُ كَذَلِكَ مُسْتَحْسَنٌ. (إعانة الطالبين - ج 3 / ص 414

Masalah ini telah dijelaskan oleh Syaikhul Islam di Tanah Haram, junjungan kami, ustadz kami yang Ma’rifat Billah, Sayid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Sirah Nabawinya, dan akan saya sampaikan disini. Beliau berkata: “(Faidah) Telah berlaku sebuah tradisi bahwa orang-orang jika mendengar sebutan kelahiran Nabi Saw, maka mereka berdiri untuk mengagungkan kepada Nabi. Berdiri ini adalah sesuatu yang baik karena ada tujuan mengagungkan Nabi Saw. Hal tersebut sudah dilakukan oleh banyak ulama yang menjadi panutan umat. Al-Halabi menyebutkan dalam kitab as-Sirah bahwa sebagian ulama menyampaikan saat Imam as-Subki berkumpul bersama para ulama di masanya, maka pembaca syair melantunkan syair karya ash-Sharshari dalam pujiannya untuk Nabi Saw.
Sedikit sekali pujian untuk Nabi dengan tinta emas, diatas kertas dari tulisan terbaik di kitab-kitab. Hendaknya bangkit orang-orang mulia saat mendengarnya, berdiri dan berbaris, serta berlutut di atas kendaraan”
Saat itu, maka imam as-Subki dan orang-orang yang ada berdiri semua, maka terjadilah kebahagian dan amaliyah Maulid di tempat itu. Dan berkumpulnya banyak orang untuk acara tersebut juga sesuatu yang baik”
(Ianat ath-Thalibin 3/414)

Bahkan di kitab Tahdzibul Furuq (pinggirnya kitab Alfuruq imam alqorrofi almaliki) di situ di jelaskan Panjang ttg hukum berdiri wkt bacaan maulid. Bahkan di nyatakan, yg tidak berdiri bisa kufur karena tekesan melecehkan Rasul. Ada juga cerita tentang orang palestina yg tidak mau bediri akhirnya sakit lumpuh...dst....

11.  HUKUM MENGECILKAN SUARA/CERIK DALAM ISHARI

Pada dasarnya cerik dalam ISHARI adalah mengecilkan suara dengan melafadzkan dan menyenandungkan syair Sholawat yang dibaca oleh majlis Hadi, hal itu dilakukan dengan tujuan :

pertama sebagai tanda mau memulai roddad dan atau mau mengakhirinya.
kedua dalam kitab Qonun al hadroh karangan KH Abd Rokhim dijelaskan bahwa cerik dalam Hadroh dimaksudkan untuk memanggil / mengundang kepada Alloh SWT dan Rosululloh SAW dengan menggunakan huruf  Nida’ Yaa, Hayya, dan sebagainya

oleh karena itu Hukumnya adalah mubah asal tidak dilakukan dengan niat lahn (main main), meniru suara perempuan atau meniru suara alat musik yang diharamkan berikut penjelasannya dalam kitab Juz’un fil Iqo’at hal 12

اَلْإِيْقَاعُ لُغَةً: مَصْدَرُ أَوْقَعَ يُوْقِعُ إِيْقَاعاً، وَلَهُ مَعَانٍ كَثِيْرَةٌ لَكِنْ أُلْصِقُهَا بِمَوْضُوْعِ الْبَحْثِ مَا ذَكَرَهُ اِبْنُ مَنْظُوْرٍ فِي "لِسَانُ الْعَرَبِ" بقوله: (وَالْإِيْقَاعُ : مِنْ إِيْقَاعِ اللَّحْنِ والغِناءِ وَهُوَ أَن يُوْقِعَ الأَلحْاَنَ وَيُبَيِّنُهَا، وَسَمَّى الخليل، رحمه الله، كِتَاباً مِنْ كُتُبِهِ فِي ذَلِكَ المْعَنَى كِتَابَ الْإِيْقَاعِ

Yang dikatakan iqo’ adalah membunyikan suara dengan lahn dan senandung

أن الشرع قد يبيح صوتاً ويحرم صوتاً مماثلاً له لاختلاف مصدرهما كما في صوت تغنج الزوجة وتكسرها بالكلام وصوت الأجنبية في ذلك فإن الأول مباح والثاني محرم ولو كان صوت الأجنبية مماثل لصوت الزوجة، فكذلك في مسألتنا يفرَّق بين الصوتين لاختلاف مصدرهما فالشرع نهى عن المعازف ولم ينهَ عن صوت الآدمي فيبقى صوت الآدمي جائزاً ولو تماثل مع المعازف في الصوت لاختلاف المصدر
Sesungguhnya Syariat memperbolehkan suara asli manusia dan mengharamkan yang menyamainya dikarenakan perbedaan asal keluarnya suara/ bukan karena bunyi yang ditimbulkan suara Contoh suara genit rayuan seorang istri kepada suaminya dan rayuan orang lain kepada lelaki tsb, yang dari istri hukumnya boleh sementara yang dari wanita lain hukumnya haram (Mendengarkan) walaupun bunyi suara rayuannya sama, Demikian pula gitar dan suara manusia, syara’melarang suara gitar sementara suara manusia boleh walau menyerupai suara gitar perbedaan hukum tersebut dikarenakan perbedaan sumber suara, bukan pada bunyi suara

فالعزف بالبوق والمزمار أصله: نفخ الآدمي في المزمار أو البوق ، ونفخ الآدمي جائز، وسماع صوت خروج الهواء جائز لكن لما أدخل ذلك في البوق والمزمار وأخرج صوتاً مطرباً مستلذاً صار حراماً.. وهذا نظير مسألتنا، فوجب الحكم على الصوت الخارج من الجهاز بالتحريم، ولايشوِّش على هذا أن الصوت الداخل جائز.أن استخدام الإيقاعات فيه تشبه بالفسقة والكفرة، والتشبه بهم محرم لحديث: (من تشبه بقوم فهو منهم
ويناقش من وجهين: الأول: أن هذه الأصوات ليست من خصائص الفسقة والكفرة فلا تكون تشبهاً فقد استخدمها أهل الخير والصلاح فانتفى وصف التشبه عن مستخدمها. الثاني: أن استخدام الفسقة أو الكفرة للتقنية في الباطل لايوجب على غيرهم تركها في الدعوة إلى الخير، وإلا للزم ترك كثير من الآلات الحديثة التي سبق الفسقة باستخدامها في الشر. الكتاب : جُزْءٌ فِيْ حُكْمِ الإِيْقَاْعَاْتِ 12

Sama halnya suara terompet dan seruling, pada asalnya tiupan manusia dengan mulut itu hukumnya Jaiz, danmendengarkan suara angin dari tupan mulut itu juga jaiz, namun ketika tiupan angin dari mulut itu ditiupkan kedalam terompet atau seruling dan menimbulkan bunyi  yang membuat terlena maka hukumnya menjadi haram

Menggunakan tiruan suara untuk meniru dan menyerupai tradisi orang fasiq dan orang kafir itu hukumnya haram, dikarenakan ada hadits “barang siapa menyerupai satu golongan maka dia termasuk kelompoknya” sehingga keharaman tersebut karana faktor penyerupaanya bukan karena asal suaranya, (Dst)
Dari Kitab Juz’un fi Hukmil iqo’at Halaman 12

12.  HUKUM HADRO-AN DI MASJID

إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لاَ تَصْلُحُ لِشَىْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلاَ الْقَذَرِ إِنَّمَا هِىَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ ». (صحيح مسلم - ج 1 / ص 163)

Nabi bersabda: “Sungguh masjid ini tidak layak untuk kencing dan kotoran, masjid adalah untuk dzikir kepada Allah, salat dan membaca al-Quran” (HR Muslim)

وَقَالَتْ عَائِشَةُ رَأَيْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَسْتُرُنِى ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى الْحَبَشَةِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِى الْمَسْجِدِ ، فَزَجَرَهُمْ عُمَرُ فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « دَعْهُمْ ، أَمْنًا بَنِى أَرْفِدَةَ » (صحيح البخارى - 988 )

Aisyah berkata: Saya dan Nabi melihat orang Habasyah bermain di masjid, Umar melarangnya. Nabi bersabda: “Biarkan Umar, damai Bani Arfadah” (HR al-Bukhari No 988)

حَدِيْثُ (أَعْلِنُوْا النِّكَاحَ وَاجْعَلُوْهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوْا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ) التُّرْمُذِي وَضَعَّفَهُ وَابْنُ مَاجَهْ وَابْنُ مَنِيْعٍ وَغَيْرُهُمْ عَنْ عَائِشَةَ مَرْفُوْعًا بِهَذَا وَهُوَ حَسَنٌ فَرَاوِيْهِ عِنْدَ التُّرْمُذِي وَإِنْ كَانَ ضَعِيْفًا فَإِنَّهُ قَدْ تُوْبِعَ كَمَا فِي ابْنِ مَاجَهْ وَغَيْرِهِ (المقاصد الحسنة للسخاوي ص: 125)

Ramaikanlah pernikahan, jadikan pernikahan di masjid dan tabuhkanlah dengan terbang" (HR Turmudzi, ia menilainya dlaif dan ulama yang lain juga mendlaifkannya). Namun ahli hadis al-Hafidz as-Sakhawi berkata bahwa hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Mani' dan lainnya. Dengan demikian hadis ini berstatus hasan karena diperkuat (mutaba'ah) oleh riwayat lain”. (Al-Maqashid al-Hasanah 125)

Dari hadis ini ahli fikih Syafiiyah, Ibnu Hajar al-Haitami berkata:

وَفِيهِ إيمَاءٌ إلَى جَوَازِ ضَرْبِ الدُّفِّ فِي الْمَسَاجِدِ لِأَجْلِ ذَلِكَ فَعَلَى تَسْلِيمِهِ يُقَاسُ بِهِ غَيْرُهُ وَأَمَّا نَقْلُ ذَلِكَ عَنْ السَّلَفِ فَقَدْ قَالَ الْوَلِيُّ أَبُو زُرْعَةَ فِي تَحْرِيرِهِ صَحَّ عَنْ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّينِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنِ دَقِيقِ الْعِيدِ وَهُمَا سَيِّدَا الْمُتَأَخِّرِينَ عِلْمًا وَوَرَعًا وَنَقَلَهُ بَعْضُهُمْ عَنْ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ الشِّيرَازِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَكَفَاكَ بِهِ وَرِعًا مُجْتَهِدًا (الفتاوى الفقهية الكبرى  - ج 10 / ص 298)

Hadis ini mengisyaratkan dibolehkannya menabuh terbang di masjid. Hal tersebut disampaikan oleh ulama Salaf seperti Abu Zur’ah, Ibnu Abdi Salam, Ibnu Daqiq al-Id, Asy-Syairazi dan sebagainya” (Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra 10/298)



13.   AMALIYAH KEBAIKAN HARUS DIGURUKAN ?

فَصْلٌ فِيْمَنْ يَتَّخِذُ شَيْخًا اِلَى اَنْ قَالَ : فَمَنْ لَاشَيْخَ لَهُ يَرْشُدُهُ فَمُرْشِدُهُ شَيْطَانٌ, وَمِنْ هَذَا تَعْلَمُ اَنَّهُ لاَيَجُوْزُ التَّصَدُّرُ لِاَخْذِ الْعَهْدِ عَلَى المْرُيِدْيِنَ وَإِرْشَادِهِمْ اِلَّا بَعْدَ التَّرْبِيَّةِ وَالْإِذْنِ كَمَا قَالَتْ اَلْاَئِمَّةُ رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى اِذْ لاَيَخْفَى اَنَّ مَنْ تَصَدَّرَ لِذَلِكَ وَهُوَ غَيْرُ اَهْلٍ لَهُ فَمَا يُفْسِدُهُ اَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُهُ وَعَلَيْهِ اِثْمُ قَاطِعِ الطَّرِيْقِ فَهُوَ بِمَعْزَلٍ عَنْ رُتْبَةِ الْمُرِيْدِيْنَ الصَّادِقِيْنَ فَضْلًا عَنْ مَشَايِخِ الْعَارِفِيْنَ
تنوير القلوب  ص 524 – 525

Barang siapa tidak ada guru yang mengarahkannya maka yang mengarahkan dia adalah Syetan ( Al Hadits), dari hadits ini maka bisa diambil pengertian bahwa hukumnya tidak boleh seseorang mengajarkan dan mengarahkan kepada para muridin kecuali dia telah melalui proses belajar dan mendapatkan izin untuk mengajar, karena seseorang yang mengajar tanpa melalui proses tarbiyah maka lebih banyak kerusakan daripada kebaikan yang akan ditimbulkan dan baginya mendapatkan dosa seperti dosanya pencuri dan terlempar jauh dari maqom muridin apalagi dari maqom Arifin (Kitab Tanwiru al qulub Hal 524-525).

وَقَدْ اَجْمَعَ السَّلَفُ كُلُّهُمْ عَلَى اَنَّ مَنْ لَايَصِحُّ لَهُ نَسْبُ الْقَوْمِ
 وَلَاإِذْنٌ فِى اَنْ يَجْلِسَ لِلنَّاسِ لَايَجُوْزُ لَهُ الصَّدْرُ اِلَى إِرْشَادِ النَّاسِ وَلَا اَنْ يَأخُذَ عَلَيْهِمْ عَهْدًا وَلَا اَنْ يُلَقِّنَهُمْ ذِكْرًا وَلَا شَيْئًا مِنَ الطَّرِيْقِ
اصول الطريق  ص 89

Para salaf bersepakat bahwa seseorang yang tidak mampu dan tidak ada ijin baginya untuk mengajar suatu kaum, maka hukumnya tidak boleh mengajar, mengangkat perjanjian, mentalqin Dzikir, bahkan mengajar apapun dari bentuk pengajaran Thoriqoh ( Ushul Al Thoriq Hal 89 )
يجب علي متعاطي هذه الاحزاب والاوراد والاذكار امور منها ان يتلقاها من اهلها ويرويها عن الائمة المشهورين والشيوخ المعروفين باالعلم ويتخير لذلك من حسن فيه اعتقاده وثبت اليه استناده فاذا يتحقق علمه وديانتهه فله ان يعتقده ويقتدي به ولا يضره ما عرض من نقصه من غي موافقة له فيه ولا ايحاس له لان العصمة انما هي للانبياء خاصة
Diwajibkan bagi yang mengamalkan semua hizib, wirid dan dzikir ini beberapa hal, diantaranya ia harus mempertemukannya dengan guru ahlinya, diriwayatkan dari imam-imam yang telah mashur dan guru-guru yang telah terkenal dalam bidang ilmiah dan keteguhan agamanya, telah dipersilahkan untuk dikerjakan bagi orang-orang yang telah baik keyakinannya serta cara bersandarnnya juga telah tertetapkan.
Bila guru tersebut telah diakui keilmuan dan keteguhan agamanya maka baginya boleh meyakini serta mengikutinya dan tidak akan mempengaruhi kredebilasnya hal-hal yang berkembang dari orang lain akan kekurangan yang ada pada gurunya bahwa ia tidak mencocoki ilmunya sebab sifat maksum (terjaga dari dosa) adanya hanya khusus bagi para nabi. [ Syarh al-Hizib al-Imaam an-Nawaawy hal. 94 ]. Walloohu A'lamu Bis Showaab

والله أعلم بالصواب
م
Disusun dan dirangkum oleh : M Nuruddin
Jabatan Dalam ISHARI               :
Sekretaris Umum PW ISHARI Jawa Timur 2013-2018
Katib Majlis Hadi PC ISHARI Kab PC ISHARI Kab Pasuruan  2012 -2017.



0 komentar:

Posting Komentar